Tentang Memilih dan Pilihan (Bagian 2)

by - January 16, 2020


Perihal memilih adalah suatu hal yang kompleks bagi seorang manusia. Banyak hal dalam hidup yang sulit untuk diputuskan karena banyaknya berbagai pertimbangan atau justru kita bingung dalam mengambil keputusan. Saya sering kali kesulitan dalam mengambil keputusan yang mungkin hanya perkara sepele. Sebenarnya, penghambat dalam memilih atau memutuskan suatu pilihan atau keputusan adalah kekhawatiran-kekhawatiran yang kita ciptakan sendiri dan kita terlalu mengkhawatirkan hal-hal yang tidak seharusnya dikhawatirkan oleh diri sendiri. Sering kali kita mengkhwatirkan hal-hal yang terdapat di luar kita. Contohnya memikirkan hal-hal berdasarkan persepsi orang lain.

Oleh karena itu, ada indikator-indikator dalam mengambil sebuah pilihan. Pastikan indikator-indikator itu logis dan yang ‘terbaik’ menurut diri sendiri bukan menurut orang lain. Kalau bisa ya indikator dalam memilih itu isinya yang balance dunia sama akhirat, biar dapat paket fullpack hehe.

Garis besar yang harus dipahami, masing-masing pribadi harus siap bertanggung jawab atas resiko dari pilihan yang diambil. Sudah tau menuntut ilmu itu godaannya banyak, masih aja sambat wkwk. Nggak papa sih saya juga tukang sambat hehe, tapi habis sambat ingat tujuan dan niat awalnya apa sampai berani mengambil pilihan tersebut.

Baca: Ibukkk

Ya pada akhirnya semua menjalankan sesuai perannya. Nggak bisa kita menyamakan diri dengan orang lain, lha wong peran kita udah berbeda. Perbedaan peran lagi-lagi diakibatkan oleh pilihan yang kita tempuh. Orientasi setiap manusia pastinya berbeda, maka pilihan keputusan yang diambilnya berbeda pula dengan manusia lain. Yang jadi masalah saat kita terombang-ambing pengen jadi semua yang ada di sekitar kita. Pengen s2 soalnya ada temen yang keterima s2 di US. Sudah mendapat s2, eh minder teman-teman penghasilannya sudah 10 digit, terus pengen kerja wkwk. Lalu muncul lah Quarter Life Crisis, ehe.
***
Tulisan ini muncul saat saya baru menyadari bahwa sisi gelap kehidupan memang ada dan saya melihat sangat tidak jauh dari lingkungan saya. Ditambah materi saat bedah buku Arah Musim membuat saya semakin berkontemplasi sama kehidupan.

Baca: Me Time

#30haringeblog
#30haribercerita
#challenge30haringeblog
#30harinulisblog 
#hariketigabelas

You May Also Like

0 komentar