Tentang Memilih dan Pilihan (Bagian 2)
Perihal memilih adalah suatu hal yang kompleks
bagi seorang manusia. Banyak hal dalam hidup yang sulit untuk diputuskan karena
banyaknya berbagai pertimbangan atau justru kita bingung dalam mengambil
keputusan. Saya sering kali kesulitan dalam mengambil keputusan yang mungkin hanya perkara sepele. Sebenarnya, penghambat dalam memilih atau memutuskan suatu pilihan
atau keputusan adalah kekhawatiran-kekhawatiran yang kita ciptakan sendiri dan
kita terlalu mengkhawatirkan hal-hal yang tidak seharusnya dikhawatirkan oleh
diri sendiri. Sering kali kita mengkhwatirkan hal-hal yang terdapat di luar
kita. Contohnya memikirkan hal-hal berdasarkan persepsi orang lain.
Oleh karena itu, ada indikator-indikator dalam
mengambil sebuah pilihan. Pastikan indikator-indikator itu logis dan yang
‘terbaik’ menurut diri sendiri bukan menurut orang lain. Kalau bisa ya
indikator dalam memilih itu isinya yang balance dunia sama akhirat, biar
dapat paket fullpack hehe.
Garis besar yang
harus dipahami, masing-masing pribadi harus siap bertanggung jawab atas resiko
dari pilihan yang diambil. Sudah tau menuntut ilmu itu godaannya banyak, masih
aja sambat wkwk. Nggak papa sih saya juga tukang sambat hehe, tapi habis sambat
ingat tujuan dan niat awalnya apa sampai berani mengambil pilihan tersebut.
Baca: Ibukkk
Baca: Ibukkk
Ya pada akhirnya semua menjalankan sesuai perannya. Nggak bisa kita
menyamakan diri dengan orang lain, lha
wong peran kita udah berbeda. Perbedaan peran lagi-lagi diakibatkan oleh
pilihan yang kita tempuh.
Orientasi setiap manusia pastinya berbeda, maka pilihan keputusan yang
diambilnya berbeda pula dengan manusia lain. Yang jadi masalah saat kita
terombang-ambing pengen jadi semua yang ada di sekitar kita. Pengen s2 soalnya
ada temen yang keterima s2 di US. Sudah mendapat s2, eh minder teman-teman
penghasilannya sudah 10 digit, terus pengen kerja wkwk. Lalu muncul lah Quarter
Life Crisis, ehe.
***
Tulisan ini muncul saat saya baru menyadari bahwa sisi gelap kehidupan memang ada dan saya melihat sangat tidak jauh dari lingkungan saya. Ditambah materi saat bedah buku Arah Musim membuat saya semakin berkontemplasi sama kehidupan.
#30haringeblog
#30haribercerita
#challenge30haringeblog
#30harinulisblog
#hariketigabelas
#hariketigabelas
0 komentar