NOTULENSI TALK SHOW SINERGI ANTAR KOMUNITAS BISNIS SE-MALANG RAYA

by - January 29, 2020




Hari pertama aktif kuliah saya sudah ada agenda buat hadir talk show gais. Great! Karena biasanya malas datang ke talks show atau seminar atau workshop yang saya lagi ngga ada tujuan wkwkwk. Jadi datang ke talk show yang ini ada motif dan tujuan tertentu dong? Iyap betul wkwk.

Jadi gais, malam hari setelah perkuliahan hari pertama saya menghadiri talk show yang direkomendasikan oleh teman saya yang di Nganjuk. Kebetulan topiknya passionable banget buat kebutuhan saya wkwk. 99% pasti berangkat lah saya.

Dari awal sebelum datang acara sudah berniat untuk sksd dong #kebiasaan saya yha sepertinya. Eh teman saya di Nganjuk yang sangat baik hati udah booking ke salah satu pemateri bahwa saat acara akan ada dua orang yang mau ngobrol basa basi wkwk. Wah semakin mulus rencana saya berjalan wkwk.

ini nih brosurnya

Saya kenalkan ya pematerinya siapa aja sih. Kenalin yang pertama Mas Cakra Negara dari komunitas TDA (Tangan Di Atas) Malang. Kemudian Mas Wahyu Dani dari komunitas bisnis Genpro (Global Entrepreuner Professional) Malang, disusul dengan pemateri dari komunitas (Sukses Berkah Community) Malang yaitu Hennu Afianta. Nggak lupa yang super kece dalam nge-MC serta menyediakan tempatnya di kafe Kaveins miliknya, yaitu Mas Wawan Saktiawan as Mc.

Setelah dibuka dengan bas abasi dan agenda perkenalan pemateri, langsung dipancing oleh Mas Wawan dengan pertanyaan, “Bagaimana mengawali bisnis untuk pemula?”.

Rangkuman jawaban dari pemateri adalah dengan menyiapkan mental, memilih bisnis sesuai peran kita, dan jualan apa aja yang bisa dijual. Sukses berbisnis itu ada ilmunya. Kita harus tau ilmunya lalu action, belajar lagi terus action, nggakk pernah berhenti untuk belajar, entah belajar dari kegagalan, kebangkrutan, kerugian, atau belajar dari segala hal yang telah dilalui.

Perkara bisnis bukan tentang terburu-buru untuk segera sukses dan berhasil atau cepat-cepat menghasilkan omset bermilyar-milyar, tetapi proses yang terjadi selama membangun dan mengembangkan bisnis tersebut. Sebab memang ada timing-nya (waktunya), jadi proses itu yang menjadikan kita semakin bertumbuh dan belajar serta makin banyak dan beragam pula pengalamannya. Karena bisnis tidak melulu sekedar teori, tetapi perlu aksi nyata yang nantinya menjadi pengalaman yang kemudian menjadikan pengalaman tersebut sebagai salah satu guru dalam berproses.

Antisipasi yang paling relevan dalam berbisnis yaitu memiliki mentor untuk mengarahkan bisnis kita  karena mentor memiliki pengalaman sehingga meminimalisir kebangkrutan atau kerugian.

Lalu parameter apa yang kita gunakan dalam memilih mentor bisnis? Dalam memilih mentor tentu kita melihat latar belakang dan perjalanan mentor tersebut selama terjun di dunia usaha. Pengalaman yang luar biasa dan levelnya berada di atas pengalaman kalian. Seperti, mentor bisnis yang memiliki pengalaman bangkrut 30 kali daripada jumlah kebangkrutanmu, mengalami kerugian 10 kali dari total kerugianmu, Cari pula yang pernah memiliki hutang 10 kali daripada hutang kamu, misalkan pernah sampai berhutang 10 milyar. Lihat juga omset yang didapat oleh si mentor, harus lebih besar dari omset kamu, kalau bisa 20 kalinya omset bisnis kamu saat ini. Serta amati cara mentor dalam menumbuhkan dan mengembangkan bisnisnya.

Coaching bisnis mungkin sudah terdengar biasa. Membayar seorang pebisnis sukses untuk menjadi mentor bisnis kita. Nah di tiga komunitas yang sedang presentasi di panggung menyediakan media coaching bisnis. Untu detail informasi dan harganya kalian bisa cek di website mereka masing-masing yha. (DM saya ya kalau kepo).

Lanjut pada sesi pertanyaan, ada pertanyaan menarik yang ditanyakan oleh audience, yaitu “Apabila di tahun 2020 kita memiliki dana lebih, alangkah baiknya kita menggunakannya untuk scale up bisnis kita dengan meningkatkan marketing atau buka cabang lagi atau bagaimana?”.

Pertama jawaban dari Mas Wahyudi adalah saya tidak memilih membuka cabang atau mengalokasikannya untuk pemasaran. Kalau bisnisnya dirasa sudah cukup, omset tercukupi, system berjalan lancer, maka diinvestasikan untuk membeli emas atau investasi property yang paling aman. Dari sini saya jadi mikir, bahwa dalam berbisnis kita harus memiliki parameter atau standar dalam usaha kita. Sejauh mana kita bekerja keras, sejauh mana kita melangkah normal, dan seperti apa kondisi lingkungan. Tanpa adanya ukuran atau parameter, pastinya pebisnis akan kebingungan dan tidak ada arah gerak. Misal target bisnis kita sampai menguasai pasar dunia, artinya kita terus bekerja keras sampai target pasar dunia bisa kita kuasai atau misal kita berbisnis untuk mencukupi kebutuhan keluarga, artinya saat kebutuhan keluarga tercukupi, bisnis yang kita jalankan akan dibiarkan berjalan normal.

Kemudian jawaban dari Mas Heru perwakilan SBC adalah, perbaiki internal usaha terlebih dahulu, kuatkan system, dan survey prospek. Baru setelah itu scale up your business. Sedangkan dari TDA menjawab, kembali lagi kepada model bisnis yang dibuat. Masnya memberi contoh bisnisnya yaitu Café Pinus, di tahun 2020 dia memilih untuk menguatkan usahanya kafe Pinus, bukan untuk membuka cabang. Tetapi tergantung pula dengan kondisi atau kebutuhan bisnis, contohnya ingin menaikkan omset dengan memperbanyak channel.

Pertanyaan terakhir yang menarik adalah “Saat kita berwirausaha di bidang A, kemudian mengalami kebangkrutan, seharusnya kita berganti bidang bisnis atau tetap melanjutkan bidang bisnis tersebut?”.

Jawaban dari pemateri sangat singkat karena terburu oleh waktu malam yang semakin larut. Mas Wahyudani menjawab untuk mengganti bidang bisnis, jangan meletakkan telur di wadah yang sama, sebab jika yang satu pecah, masih ada wadah lagi. Berbeda dengan jawaban pemateri dari komunitas SBC, bahwa jawabannya tergantung pada kondisi. Jika memang bidangnya tidak prospek ya ganti saja. Sama halnya dengan jawaban Mas Cakra dari komunitas bisnis TDA, bisa beralih bidang, bisa juga tidak. Alasannya dijawab denga pengalaman cerita bisnisnya. Dalam mengawali bisnisnya, beliau memulai dengan menjadi makelar homestay sebab kondisinya saat itu memiliki relasi di bidang tersebut. Kemudian karena suatu kondisi, membuat bisnisnya beralih bidang ke travel tetapi masih dalam lingkup pariwisata karena passionnya memang bidang pariwisata. Bila kita ingin beralih bidang bisnis silahkan asalkan paham dengan konsekuensinya dan harus berusaha lebih keras. Kemudian beliau beralih bidang di luar passion pariwisatanya, yaitu bisnis properti sebab dia harus melunasi hutangnya yang mencapai 1,8 milyar. Memilih bisnis properti karena memang keuntungannya besar tetapi membutuhkan effort besar dalam menekuni bidang usaha baru.

Oiya tambahan, kata Mas Cakra bahwa bangkrut hinga berhutang 1,8 milyar itu ternyata kecil saat kalian berada di lingkaran pertemanan bisnis. Dengan bergabung dalam komunitas bisnis, kita akan semakin banyak ilmu, banyak relasi, banyak pelajaran yang bisa diambil dari pengalaman teman-teman, semakin termotivasi, serta mendapat dukungan untuk memperkuat mental bisnis kita. #eak.

Pola pikirnya yang harus dibangun adalah punya bisnis harus siap bangkrut-siap rugi-siap belajar-siap kerja keras-siap jatuh. Modal yang dikeluarkan harus sesuai kesanggupan diri untuk kehilangan uang yang dikeluarkan.

Btw, abis acara itu waktunya saya beraksi untuk sksd wkwkwk, dan bingung gimana sksdnya soalnya setelah acara yang pemateri langsung digerumbulin sama peserta laki-laki lain, kan saya yang perempuan gimana gitu wkwk. Alhamdulillah Allah beri saya jalan, saat saya pasrah pulang, eh di parkiran ketemu sama Mas yang ada di komunitas SBC. Alhamdulillah dapat dua kontak pengusaha ehehehehehe.

#30haringeblog
#30haribercerita
#challenge30haringeblog
#30harinulisblog 
#harikeduapuluhlima

You May Also Like

2 komentar