Sebelumnya maafkan gue yang baru ngisi blog hari ini. Karena seminggu lebih
gue di malang buat ngurusin kampus. Maklum, maba, jadi sok penting ke luar
kota.
Well, kali ini
gue mau nulis pandangan gue tentang hot news di bulan Mei ini. Tentang
teror bom. Sebelumnya gue udah ada plan nulis tema lain setelah dari Malang.
Cuma setelah lihat postingan temen-temen gue banyak yang angkat bicara soal
ini. So, okedeh gue juga ikutan. Padahal sebelumnya sih gue no comment.
Well, gue turut
berbela sungkawa dan berduka atas kejadian yang melanda Mako Brimob Depok dan
pengeboman beberapa tempat di Surabaya dan sekitarnya. Jujur gue agak bosan
denger berita kayak gini. Bosannya bukan karena kejadiannya, ya ini takdir kita
nggak bisa menghindar. Yang gue nggak suka adalah sebentar lagi pasti akan
saling menyudutkan golongan. Maksud gue, jelas mengkambing hitamkan nama islam.
Nah ini nih yang gue kesel. Karena dari dulu gue selalu bilang orang-orang di
Indonesia itu masih kurang open minded. Makanya terjadi penyudutan golongan
atau saling menyalahkan kelompok yang berujung pada tindakan “membenci” atau
“anti-golongan X”.
Dan bener aja,
setelah kejadian itu, besoknya gue lihat berita, islamphobia dan diskriminasi
mulai marak lagi. Bahwa kepolisian menghimbau waspadai orang bercadar. Nah
disini gue agak bingung yang salah siapa. Kalau sudut pandang gue sebagai warga
negara, ya itu jelas sangat mengganggu saudara gue yang sedang menjalankan
kepercayaannya menggunakan cadar. Nggak seharusnya teroris disamakan atau dikaitkan
dengan cadar atau ciri-ciri lain (gue nggak mau nyebut). Teroris ya teroris.
Wanita bercadar ya wanita bercadar. Katanya Indonesia mayoritas islam, ya
hargai rakyatnya yang memiliki keyakinan dengan bercadar. Mereka juga saudara
kita, beragama islam pula. Wajib dihargai dan dilindungi.
Nah tapi, kalau
gue lihat dari sudut pandang kepolisian atau pemerintahan, mereka takut atau
waspada terorisnya menyamar dengan bercadar. Melakukan kejahatan dengan
bersembunyi dibalik cadar. Karena di Saudi Arabia banyak yang kayak gini.
Laki-laki menyamar menjadi perempuan dengan menggunakan cadar. Makanya gue juga
bingung. Jadi gue bilang dari dua sudut pandang ini.
Gue tau teroris
yang melakukan pengeboman atau pembunuhan itu melakukan tindakan yang salah.
Tapi gue selalu bilang kalau kita jangan asal nge-judge tanpa tau apa yang
terjadi sebenarnya. Kita nggak tau gimana jalan pikiran teroris ini, mungkin
mereka merupakan pesuruh-pesuruh seseorang, mungkin juga mereka memiliki pola
pikir atau cara pandang jihad yang salah. Mungkin juga mereka bisa berpikir
sampai melakukan hal yang kita anggap keji itu sebab pengaruh-pengaruh liar
yang gila. Kenapa gue menambahkan kata “anggap”, karena pelaku berpikir itu
tindakan jihad bukan keji. Yang mau gue omongin disini adalah jangan kita
saling menyalahkan. Ya gue tau mereka, yang teroris lakukan dengan mengebom
tempat ibadah itu salah. Salah besar. Ya kita salahkan orangnya, pola
pikirnya, dan tindakannya. Jangan agama atau golongan lain. I mean menyalahkan
orang islam. Introspeksi diri aja. Balik ke pribadi masing-masing.
Maksud
introspeksi diri adalah ya kita jadikan hal ini pembelajaran buat kita.
Sebenarnya mereka-mereka seperti itu muncul juga tidak semuanya salah diri
mereka sendiri. Justru dari sikap kita ke orang lain yang bisa mengakibatkan
hal seperti itu. Misalkan seperti ini, kita tau pendidikan di Indonesia tengah
berusaha untuk ditingkatkan, tapi pendidikan di Indonesia masih dikategorikan
menengah ke bawah kualitasnya. Warganya masih kurang terbuka pemikirannya.
Maksud gue open minded bukan liberal. Nah disisi lain banyak orang-orang dari
sekitar kita yang mendapat perlakuan berbeda. Contohnya pem-bully-an, nggak
punya temen. Dan orang-orang kayak gini tentunya tersiksa dengan perlakuan yang
berbeda. Sedangkan kita egois ngurus hidup kita sendiri. Ikut-ikutan nge-bully.
Akhirnya, orang-orang kayak gini butuh pelarian atau butuh pengakuan diri bahwa
mereka ada di bumi ini. Dengan pendidikan yang masih kurang, pola pikir yang
semrawut, dan lagi perlakuan lingkungan yang menyiksa ini, mereka akan
melakukan hal-hal ekstrim. Bisa saja balas dendam dengan membunuh, menembak,
atau melakukan hal-hal yang tak terduga. Bisa juga dimanfaatkan oleh sekelompok
orang dengan dicuci otaknya. Sehingga melakukan hal-hal yang sembrono seperti
pengeboman atas nama agama bahwa itu jihad, atau mereka-mereka mendapat
pengakuan dari sekelompok orang ini atas apa yang dilakukannya ini. Padahal
semua itu nggak bener. Dan malah merugikan orang lain.
Semuanya itu
kembali ke diri kita masing-masing. So, that’s why kenapa pendidikan itu
penting. Nggak hanya pendidikan akademik yang gue maksud. Tapi pendidikan
moral, pendidikan agama apapun itu agama lo pasti ada ajaran bahwa pembunuhan
itu merupakan kejahatan. Bahkan mungkin orang atheis atau agnostik yang bisa
berpikir bener, mereka akan mengganggap bahwa membunuh itu salah, tindakan yang
keji.
Berdasarkan
hasil penelitian @irfanamalee di twitter yang gue kutip dari twitter-nya
@arihdyacaesar, bahwa faktor yang paling menyebabkan peristiwa kayak gini
terjadi adalah pola pikir pendidikan agama islam yang terlalu banyak membahas
mengenai perang pada zaman Nabi daripada bahasan mengenai kasih sayang dari
Nabi Muhammad Saw. Balik lagi kan masalahnya di pendidikan. Yang salah bukan
shirahnya tentang perang, tapi diri kita bagaimana mem-filter pengetahuan,
mengaplikasikan pengetahuan secara bijak, dan terus untuk belajar. Nggak hanya
belajar pasal shirah peperangan saja, tapi juga belajar bagaimana Rasul kita
bersikap dan menyikapi orang lain. Dan Rasul kita selalu memberi teladan yang
baik. Menjadi orang yang lemah lembut, saling berkasih sayang, dan banyak lagi
kepribadian luar biasa indahnya di dalam diri Rasul. Dan kita jangan lupa buat
belajar itu juga. Bahkan tugas kita belajar sebagai orang tua dengan memberi
asupan ilmu kepada anaknya secara bijak. Kembali lagi kan akarnya pendidikan
lagi. Pendidikan cara mengasuh anak juga perlu.
Ilmu itu luas
sekali. Dan tugas kita sebagai manusia adalah terus belajar dan menjadi orang
berpendidikan. Bukan hanya belajar akademik, belajar buat kerja, tapi belajar
moral, belajar menghargai, belajar bersikap dengan orang lain, belajar memahami
sekitar kita, belajar peduli, belajar untuk tidak menyalahkan orang lain,
belajar introspeksi diri, dan belajar-belajar yang lain. Oleh karena itu bener
quotes-quotes yang bertebaran bahwa:
"With education, you can kill terrorism."
***
Gue minta maaf
atas tulisan gue yang random acak-acakan ini. Ini adalah opini pribadi gue.
Pandangan gue, hasil pikiran-perenungan, dan uneg-uneg gue. Gue nulis ini udah
berusaha sangat berhati-hati, karena masyarakat zaman now mudah sensitif. Gue
minta maaf kalau gue dan tulisan gue ini salah dan menyinggung kalian. Gue
minta maaf yang sebesar-besarnya. Dan gue turut berduka cita atas apa yang
menimpa kota, negara, dan bumi kita tercinta ini.
With loves,
DEVANDA C.P.N