Pengalaman anti-mainstreams

by - January 26, 2020


Serius saya bingung mau nulis apa di blog. Bener-bener stuck pikiran. Ada ide mau nulis tentang apa tetapi referensi kurang. Akhirnya lihat isi catatan keep di hp dimana segala ide dan emosi saya tuliskan di sana. Alhamdulilah nemu ide.
Kali ini saya mau share tentang pengalaman saya yang anti-mainstream sebagai seorang perempuan hehe. Nggak cuma anti-mainstream sih (bagi saya) tapi gokil juga saya pernah mengalaminya wkwk. Oke deh langsung aja...

1. Tengah malam sendirian di terminal

Pengalaman ekstrim pertama yang pernah terjadi pada diri saya adalah tengah malam tepatnya jam setengah satu pagi dini hari saya berada di terminal seorang diri tanpa teman. Kejadian ini bermula saat saya memutuskan pulang kampung jam 18.00 sebab ayah saya memberi iming-iming sesuatu (saya lupa apa) lewat telpon hingga membuat saya nekat pulang kampung malam hari itu. Langsung tancap gas ke terminal Arjosari naik motor kemudian menitipkan sepeda motor dan langsung naik bis. Nggak beruntungnya, bisnya masih nunggu penuh penumpang. Akhirnya pukul setengah delapan bis tancap gas menuju Surabaya. Alhamdulilah. Kemudian sampai terminal Bungurasih Surabaya pukul sembilan kurang lebih. Untung cepet bisnya, biasanya dua jam durasinya. Setelah itu langsung cari bis jurusan Yogyakarta. Yah bisnya ramai banget, untung ada bapak-bapak ngasih tempat duduk di pinggir. Oh ya ampun saya tetap aja dipepet sama orang-orang hehe. Kemudian tertidur pulas di bis. Eh bangun-bangun denger kondektur bilang "terminal lama-terminal lama", sontak saya bangun dan melihat saya sudah di kota Nganjuk. Yah saya kebablasan dengan rumah saya sebab rumah saya sebelum Nganjuk kota dan jalan raya depan rumah dilalui bis. Kemudian saya turun di terminal lama. Duh sepi, walaupun banyak tukang becak. Merinding khawatir gitu, masa cewek malam-malam di tengah terminal yang sepi gini. Kebablasan membuat saya harus dijemput, akhirnya telpon ibu, eh pulsa habis lagi, duh apes. Untungnya saya pakai operator telkomsel jadi tetap bisa masuk telponnya walaupun cuma berdering sebentar. Kemudian saya putus asa karena telpon nggak berhasil memancing ibu buat telpon balik. Pikir saya mungkin sudah tidur, tapi nggak mungkin ibu pergi tidur ninggalin anaknya yang mau pulang. Orang dulu SMA saya pulang setengah satu malam ditungguin sama ibu, pagarnya masih dibuka. Entah tiba-tiba saya nggak bingung gimana buat pulang ke rumah eh malah main twitter update status, aelah milenial milenial. Saya sempat mau naik grab tapi di Nganjuk grab belum terlalu ramai jadi malam hari pasti nggak ada grab. ALhamdulilah beberapa menit kemudian ibu telpon lalu saya memintanya menjemput di terminal. ALhamdulilah selamat sampai rumah saya, terima kasih ibu yang belum tidur buat nungguin saya.

2. Kekunci di luar kos pada hari pertama di kos baru

Baca: Nomaden

Pengalaman ini terjadi setahun yang lalu. Karena saya pindahan ke kos baru sampai pukul 11 malam buat ngangkutin barang-barang saya yang bejibun banyaknya. Saat mengantar pulang kakak tingkat yang sudah bantuin saya, tanpa membawa hp dan dompet, eh balik-balik kos sudah dikunci oleh mbak kosnya. Padahal hari itu hari pertama saya tinggal di kos baru eh udah kekunci aja. Karena nggak bawa apa-apa termasuk hp dan kunci kos, jadinya saya tidak bisa menghubungi mbak kosnya. Akhirnya saya tidur di kos kakak tingkat saya yang saya repotin itu. pfff


3. Ngejar kereta karena hampir ketinggalan

Baca: Juli

Momen ini yang bikin jantung saya berolahraga sekencang-kencangnya, buat diri ngos-ngosan sampai jari jemari gemetar wkwk. Semua terjadi gara-gara saya sama ibu masih rewel masalah wadah packing. Karena nggak punya koper atau kardus dan bingung barang bawaan saya yang begitu banyaknnya diwadahinn apa. Dari ganti kresek dan tas jinjing berkali-kali, akhirnya berhasil diputuskan menggunakan kresek. Kemudian saya ngebut ke stasiun yang biasanya ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam. Untung saya bisa ngebut secara pintar sehingga saat itu waktu tempuh hanya 30 menit. Kemudian cepat-cepat masuk stasiun dan keretanya ada di jalur empat dong yang mana saya harus melewati tiga kereta biar sampai ke kereta yang berada di jalur empat. Saya lari-larian sambil tergopoh-gopoh membawa barang yang banyak. Berkali-kali bingung pintu keluar keretanya mana, dilihatin banyak orang, dan kesusahan membawa barang banyak sambil lari-lari. Alhamdulilah saya nggak salah kereta dan tepat saya masuk gerbong kereta mulai berjalan. Hampir aja Ya Allah. Kemudian saya diam melepas nafas sepuas-puasnya, baru mencari kursi tempat duduk saya. Setelah duduk itu tangan saya gemetar, nafas saya ngos-ngosan kayak dikejar hantu. Alhamdulilah saya tidak jadi ketinggalan kereta.

4. Kejebak di pondok ikhwan

Ini momen yang sangat aib sekali wkwk. Saya nggak mau cerita terlalu detail. Intinya setelah ikut belajar bahasa arab di sebuah pondok yang mana khusus pondok Ikhwan (laki-laki) tetapi saat itu belajar Bahasa arabnya untuk umum, jadilah saya bersama dua teman perempuan saya join. Setelah belajar selesai, kita mau bertanya sesuatu ke ustadznya. Eh disuruh salat isya dulu karena sudah adzan. baiklah. Setelah itu kami menanyakan apa yang kami tanyakan. Singkat cerita, saat kita akan kembali ke rumah masing-masing, eh ada gluduk dan langsung hujan angin yang sangat deres sekali. Sampai kita harus masuk ke pondok ikhwan tersebut sebab kalau enggak kita bakal basah kuyup soalnya hujang angin. Alhamdulilah hujan belum reda, hanya hujan biasa, dan kita terpaksa harus keluar dari pondok itu karena sudah malam. Kita menginap di rumah temen saya yang deket dari pondok itu. Udah itu aja deh nggak usah detail banget ya wkwk, walaupun besoknya masih ada kejadian yang gokil lagi wkwk.

5. Jam 3 dini hari di masjid jami'

Perjalanan pulang dari safari dakwah dokter Zakir Naik memaksa saya dan teman saya pulang malam hingga akhirnya sampai Nganjuk pukul 3 dini hari. Kemudian ambil motor di pondok itu lagi, dan kita ke masjid jami' buat nunggu subuh. Khawatir kalau langsung pulang malam-malam gitu kan. Apalagi sepi banget pas kita lewat alun-alun. Eh masjidnya masih dikunci, alhamdulilah dibukain sama penjaganya, kemudian nunggu orang tua saya datang buat jemput. Alhamdulilah sebelum subuh kita sudah di rumah masing-masing. Apanya yang gokil? Wkwk.

Ya sudah lah anggap saja itu pengalaman anti-mainstream lah ya wkwk. Semoga bisa diambil hikmahnya bahwa kita harus senantiasa meminta perlindungan sma Allah dimana pun berada, karena dengan pertolongan-Nya kita masih bisa bernafas sampai sekarang. #apasih wkwk. Semoga juga bisa jadi kenang-kenangan saya kalau sudah dewasa nanti atau blog saya dibaca sama anak saya kelak wkwk, Aamiin.

#30haringeblog
#30haribercerita
#challenge30haringeblog
#30harinulisblog 
#harikeduapuluhempat

You May Also Like

0 komentar