Covid-19 mau kenalan nih...
Suatu hari yang sore,
langit-langit mulai menggulung sinar sang surya dan menggantinya dengan corak
senja yang meneduhkan. Sebuah mahluk tak kasat mata sedang berbicara monolog:
Halo pembaca setianya
blog devancpn.com, kalian kepo nggak sih sama identitasku? Nah devancpn.com ini
bakal berbagi tentang identitasku secara detail, tapi yah nggak detail banget
sih, soalnya dia bukan tenaga medis hahaha, dan dia asyik ngeblog terus sih #dirumahaja
jadinya belum kenal aku banget (IH JANGAN SAMPE!). Ya setidaknya dia tau lah
tentang aku sedikit-sedikit dari nyontek berbagai situs terus direvisi pake
bahasanya sendiri. Oke deh coba kepoin tentang diriku versi tulisannya Si Panda
ini.
***
Abad ke-20 di usianya
yang menginjak 20 tahun, menuai kembali permasalahan pandemi setelah WHO terakhir
kali menetapkan pandemi virus H1N1 atau flu babi pada tahun 2009 dengan jumlah
kematian 151.700-575.400 jiwa di dunia. Akhirnya, hari Kamis, 12 Maret 2020,
WHO menetapkan virus COVID-19 berstatus pandemi.
Sebuah virus yang tak
kasat mata mampu menghebohkan dunia dengan menginfeksi 2.246.291 jiwa (18/4) bahkan
memakan korban jiwa 152.707 (18/4) di dunia. Lebih dari 152 negara kelabakan
menghadapi mahluk kecil ini yang geraknya gesit banget.
Jadi,
Apa itu virus corona?
Ternyata gaes, Virus Corona
ini sudah ditemukan sejak tahun 1960 loh. Sekitar 10-30% virus ini menyebabkan
batuk pilek pada manusia. Jenis coronavirus ini nggak hanya cuma satu virus,
tetapi SARS dan MERS-CoV juga berasal dari satu rumpun yang sama. Terus Allah
menciptakan virus corona jenis baru dengan mendatangkannya di bumi, tepatnya
pertama kali muncul di Kota Wuhan, provinsi Hubei, Negara Cina. Pertama kali
dideteksi akhir Desember 2019, WHO menyebutnya Covid19 sebagai bentuk akronim coronavirus
disease 2019.
Hmm akhir Desember itu saya lagi jalan-jalan ke Surabaya deh
ehehehe. Bangga banget perasaan sampai diulang-ulang, padahal cuma jalan-jalan
ke Surabaya wkwkwk. Yaiyalah wkwk. Oke lanjut ya, saya ini emang nggak bisa
stay serius wkwk.
Baca: Surabaya
Virus ini bergerak
secara lincah dalam penularannya. Belum ada dua bulan, setelah Presiden Jokowi
mengumumkan dua WNI terinfeksi positif virus corona (2/3), saat ini si corona yang
tak berdosa ini (yaiyalah emang dia diciptakan untuk menular wkwk) sudah mampu menyebabkan
6575 jiwa (19/4) di Indonesia terkonfirmasi mengidap penyakit COVID19 ini,
serta membunuh korban jiwa sebesar 686 pasien per 19 April 2020. (sumber: kemenkes.go.id)
Menurut para ahli epidemiologi,
memang virus ini memiliki patogenitas yang rendah atau tingkat keparahan
penyakit yang rendah, tetapi karakteristik virus ini sangat cepat menyebar atau
mudah ditularkan gitu. Lantas mengapa virus ini mampu memakan korban jiwa jika
memiliki tingkat keparahan yang rendah? Infeksi 2019-nCoV memiliki tingkat
kematian lebih rendah (2%) dari pada SARS (10%) dan MERS (34%). Lemahnya imunitas dan adanya komorbid
(penyakit penyerta) yang menjadikan virus menjadi berkembang di dalam tubuh dan
menjadikan kondisi menjadi lebih berat. Penyakit penyerta itu misalnya seperti
diabetes, sakit jantung, ginjal, atau kanker. Oleh karena itu, kematian
yang sering terjadi akibat virus ini rata-rata korban berusia 60 tahun ke atas,
sebab memiliki tingkat imunitas yang rendah. Tetapi tidak dipungkiri virus ini
bisa mampu menyerang mematikan pada usia muda.
Menurut WHO, penularan
virus corona ini terjadi melalui droplets atau tetesan cairan yang berasal dari
batuk dan bersin kontak pribadi seperti menyentuh dan berjabat tangan,
menyentuh benda atau permukaan dengan virus di atasnya, kemudian menyentuh
mulut, hidung, atau mata sebelum mencuci tangan, serta potensi penularannya bisa
melalui udara, ketika seseorang batuk atau bersin dan mengeluarkan cairan
mengandung virus, berpotensi akan menyebar ke udara dan bisa langsung masuk ke
tubuh orang lain jika berada dalam posisi berdekatan. Sehingga untuk mencegah
penularan atau tertular, hendaknya ada jarak ketika berinteraksi, yang menurut
para ahli 1-2 meter. Sehingga marak slogan untuk melakukan social distancing dan
physical distancing, atau trend ajakan #dirumahaja. Apakah virus ini dapat
diturunkan oleh ibu yang melahirkan kepada anaknya (perinatal transmission)
masih menjadi tanda tanya.
Coronavirus mampu
bertahan selama 2-8 jam di alumunium (termasuk gagang pintu, teralis,
tiang kereta), selama 5 hari di keramik & teflon, selama 4 hari
di kayu, selama 2-9 hari di plastik, hingga 4-5 hari di kertas.
Gejala yang paling umum
terjadi pada penderita Covid19 adalah demam, batuk, sesak nafas, sakit
kepala, lemas/lelah. Gejala-gejala ini memang mirip sekali dengan gejala
batuk pilek atau flu biasa, makanya banyak yang mengira ah cuma sakit batpil
biasa, namun bisa jadi sudah terinfeksi oleh Covid19. Eh virus ini ternyata dapat
menyebabkan infeksi saluran pernafasan lebih parah, contohnya pneumonia (paru-paru
basah).
Sebab virus ini
memiliki kemiripan gejala dengan penyakit flu, proses penyembuhan virus ini sama
kek penyakit pilek atau flu atau batuk, yaitu dapat sembuh dengan
sendirinya (self-limiting disease), dengan catatan kita memiliki daya
tahan tubuh yang kuat. Saat ini penderita Covid19 di Indonesia telah terkonfirmasi
sembuh dari infeksi ini sejumlah 686 (10.43%). Diprediksi masa inkubasi virus
ini adalah 14 hari, oleh sebab itu lah bagi mereka yang terinfeksi atau diduga
terinfeksi Covid19 dianjurkan untuk mengisolasi diri selama 14 hari, dengan
harapan ia tidak akan menularkan virus ini kepada orang lain setelah 14
hari. Selama ini hanya itu yang bisa dilakukan sebagai tindakan preventif,
sebab belum ditemukannya vaksin yang cucok.
Eh eh ngomongin soal
wabah pandemi yang trend banget ini sampai memngaruhi sendi kehidupan kita,
saya jadi inget wabah black death yang pernah terjadi tahun 1300-an
kalau enggak salah. Saya lupa itu wabahnya kek gimana, pokok menelan korban 20
jutaan. Saya taunya karena matkul Introduction to English and Literarture wkwk.
Bermanfaat juga ternyata wkwk hahaha. #gakpentingamatsumpah
Yak kita nggak akan tau
apa yang bakal terjadi hari besok. Selama pandemi ini kita diliputi dengan ketidakpastian.
Akhirnya semua orang mengalami ketidakpastiaan alias digantung wkwk, nggak Cuma
cewek #apasih wkwk. For everyone stay safe, stay health, and stay pray! Yuhuup.
Wabah yang lebih besar sudah pasti. Secara konservatif, wabah ini bisa 10 kali lebih besar dari epidemi SARS karena virus itu ditularkan oleh hanya beberapa 'penyebar super' di bagian negara yang lebih jelas. Saya sudah melihat semuanya: flu burung, SARS, influenza A, demam babi dan lainnya. Tetapi pneumonia Wuhan membuat saya merasa sangat tidak berdaya. Sebagian besar epidemi masa lalu dapat dikendalikan, tetapi kali ini, saya ketakutan. " (Dr. Neil Ferguson-yang saya terjemahin bahasanya dari bahasa inggris menjadi bahasa Indonesia biar kalian ngerti haha).
Sumber:
NOTE: MON MAAP SAYA NGGAK JAGO NULIS DAFTAR
PUSTAKA HAHAHA. Di jurusan saya jarang disuruh nulis dapus soalnya wkwkw, kan
nggak ada laporan yakan yakan wkwk.
#BPNRamadan2020
#Day1
#challangenulisblog30haribyBloggerPerempuanNetwork
Baca: Rugi = Biaya Sekolah
Baca: Bertumbuh
Baca: Me Time
Baca: Investasi Leher Ke AtasBaca: Rugi = Biaya Sekolah
0 komentar