Rindu Ramadan dalam rekayasa Manusia

by - May 20, 2020


Ketika seluruh umat muslim dalam keadaan gembira menyambut bulan yang spesial, bulan terbaik di antara bulan-bulan lainnya. Saat mereka berbahagia menyambut bulan kemenangan ini dengan persiapan yang matang. Sebulan sebelumnya sudah dihitung mundur oleh para akun-akun sosial media. Bahkan sejak sebelas bulan sebelumnya sudah dinanti para hamba yang taat. Hmm betapa umat muslim sangat merindukan bulan Ramadan.

 

Mading di kamar dipenuhi dengan target Ramadan Tracker. Al-quran disambut dengan penuh suka dan senantiasa menjadi teman sebab target khatam telah menjadi tujuan. Yang awalnya tidak pernah atau jarang mendengar murottal al-quran, kini sepanjang masjid-masjid selalu memutar murottal baik langsung dari lisan reciter atau suara tidak langsung. Al-quran yang awalnya berdebu, kini semakin hari semakin lecek kertasnya karena terlalu sering dibuka.

 

Sorenya, menjelang berbuka. Para umat berbondong-bondong menyajikan makanan terbaik untuk mengais rezeki. Para hamba yang telah menahan rasa haus dan laparnya meramaikan kedai mereka dengan kedok ngabuburit. Penjual untung banyak, pembeli puas hati dengan suasana riuh yang terkesan menggembirakan itu. Bahkan diskon di mall diobral habis-habisan menjelang idul fitri.

 

Sayangnya, obral pahala di sepuluh hari terakhir masih kalah telak dengan obral diskon di mall. Shaf di masjid makin sepi, mall makin ramai sampai tidak ada lahan parker. Itikaf yang seharusnya dianjurkan malah tidak digubris sebab lelah dan penat mengantri di kasir demi barang baru di bulan syawal.

 

Detik-detik menjelang syawal. Jalanan raya ramai padat dipenuhi para pemudik. Mereka dengan gembira bersiap bertemu para sanak keluarga besar. Tak lupa oleh-oleh dan penampilan yang super fresh new. Orang tua Bahagia melihat anak dan cucu bersua dalam rumahnya. Anak dan cucu kaya raya sebab pesangon dari ibu bapak. Sesama saudara tertawa terbahak karena gurauan canda yang sudah lama tak bersua. Semua terasa sempurna saat syawal datang. Tapi Ramadan mulai pergi. Amalan yang diobral sama Allah di bulan berkah ini sudah tamat. Kita harus menuggunya 11 bulan lagi. Syukur syukur Allah memberi kesempatan kita bertemua Ramadan lagi.

 

Ya…saya rindu bulan Ramadan yang seperti biasanya. Sebab Ramadan ini dalam pandemi, Ramadan yang jujur, sehingga sangat jauh dari rekayasa manusia. Tapi saya rindu Ramadan yang riuh dan ramai dengan rekayasa manusia itu. Saya rindu vibes Ramadan di luar Pandemi.

 

#BPNRamadan2020#Day24

#challangenulisblog30haribyBloggerPerempuanNetwork

 


You May Also Like

0 komentar