Tentang Saya di mata Carl Jung

by - January 05, 2019

Menindaklanjuti pertanyaan teman saya terkait tipe kepribadian saya, saya mau jabarin tipe kepribadian saya. Jujur saya tuh bingung tiap kali ditanya “Kamu tipe orang ekstrovert atau introvert?”. Kebingungan itu karena alasan di bawah. Walaupun memang semua manusia akan ada kecenderungan dikeduanya dengan porsi yang berbeda.

Jadi mbah Jung ini berpendapat ada dua aspek penting dalam kepribadian yaitu sikap (introversion dan ekstroversion) dan fungsi (thinking, feeling, sensing, dan intuiting). Nah kepribadian berdasarkan sikap dan fungsi ini berkombinasi menjadi satu. Cuma saya bakal bahas diri sendiri dalam segi sikap saja.

Tentang Bercerita

Tipe ekstrover merupakan seseorang yang suka bercerita cas-cis-cus apapun yang mereka ingin ungkapkan. Memang saya suka bercerita, suka banget, tapi tidak semua hal saya suka ceritakan. Bukan termasuk orang yang basa-basi membuat saya terkadang menganggap hal-hal tertentu tidak penting atau meremehkannya. Alhasil saya cerita yang sangat penting aja, yang bisa nambah pengetahuan orang lain atau memancing sebuah diskusi. Bukan semata-mata cerita untuk menjadi hiburan.

Untuk mengungkapkan emosi atau perasaan seperti “Aku capek ih,” “Kesel banget sama doi masa bla bla,” ke orang lain nggak lepas juga dari bacot saya. Termasuk ke orang tua juga. Apapun emosi yang saya dapat dan info yang saya dapat saya nggak lupa cerita. Bahkan saya juga cerita jujur kepada orang tua tentang banyaknya kelompok yang.....(sekip) beredar di penjuru kampus. Mereka yang pernah mengajak saya ke basecamp mereka wkwk, seharusnya kalau diceritakan ke orang tua pada umumnya langsung membuat orang tua khawatir. Tapi justru saya malah cerita ke orang tua wkwk. Saya cerita buat membangun kepercayaan orang tua kepada anaknya. Kalau anaknya ini sebenarnya bisa membentengi diri dan nggak mudah terpengaruh.

Kalau tipe introver kan nggak banyak ngebacot seterbuka ini. Mereka selalu keep everything just for themselves. Introver lebih bakat menjadi ‘pendengar yang baik’. Saya bukan tipe pendengar yang baik. Saya nggak bisa tenang dengerin orang lain yang lagi curhat, selalu saya putus pake ngebacot pertanyaan. Jadi kalau kalian menganggap saya bisa dengerin dengan baik dan merespon curhat kalian dengan terlihat antusias, percayalah saya benar-benar memaksa diri saya. Karena saya nggak mau orang lain kecewa. Ini juga usaha saya buat jadi ‘pendengar yang baik’. Bukan seorang pendengar yang baik sudah saya ketahui sejak teman psikolog saya ngetes kepribadian saya lewat gambar. Saya ngegambar orang tanpa telinga. Artinya saya bukan tipe pendengar yang baik. Kalau kalian terbiasa ngegambar orang dengan telinga, artinya kalian pendengar yang baik, kata temen saya itu. Entah kenapa para introver bisa nahan uneg-uneg tanpa mengeluarkannya melalui kata-kata mulut. Alhasil mereka yang introver cenderung suka curhat ke diari. Nah, hal kayak gini saya alami di kampus. Saya belum punya tempat bercerita. Alhasil saya ceritanya ke blog atau twitter. Tahan? Iya saya bisa tahan karena lingkungan saya bukan tipe lingkungan pendengar yang baik. Maklumlah ya... kan dunia kampus. Tapi kadang juga saya nggak bisa tahan buat cerita hal-hal tertentu. Jadinya saya terpaksa cerita ke beberapa orang dengan asumsi bodo amat deh dia mau denger atau enggak. Iya dia tidak merespom cerita saya. Oke.



Tentang sendiri


Saya sangat senang saat ada agenda ketemuan sama orang. Semangat dan energik bila bekerja bersama orang lain. Karena senang bertemu orang lain, membuat diri ini terus bergerak mecari suatu hal atau kegiatan yang melibatkan orang banyak. Tipe ekstrover semacam ini sangat suka bergelut di berbagai organisasi. Iya ini tipe saya banget. Saya seneng banget kalo agenda saya penuh dengan list-list ketemuan sama orang hehe. Entah buat bahas proker, bahas sesuatu, atau sekedar menemanii teman kemana gitu. Alhasil saya pulang sering malem-malem ke kos, hampir tiap hari mungkin. Soalnya tuh ya adaaaa aja yang diurus. Pernah waktu sebelum UAS kan organisasi atau kegiatan pada libur ya tuh. Apalagi EM udah kelar akhir November, Pemira juga udah berlalu, dan kelas sudah tidak ada lagi, jadinya tinggal nungguin UAS. Saya tuh jadinya gabut, nggak ada kegiatan kecuali nyiapin UAS (eya rajin banget). Kondisi nggak ada lika-liku penuh kedamaian itu saya malah homesick: pengen pulang lah. Nggak ada kegiatan apa-apa. Biasanya saya harus segera meluncur ke sini, ke sana, ke sono, dan ke situ. Ini diem-diem bae.


Walau begitu, bukan berarti saya kesepian. Karena saya di kampus itu kemana-mana selalu SENDIRI. ALWAYS. Nggak pernah juga minta buat temenin ke mana saya melangkah. Ke rektorat sendiri, ke kantin sendiri, makan sendiri, ketemu dosen PA sendiri, dan duduk di gazebo perpus juga sendiri. Nah di gazebo itu sampai malam juga saya lakuin sendirian. Nggak pernah saya buat ngajak teman nemanin. Oleh karenanya kalau ada temen saya yang lewat nggak sengaja bilang “kok kamu sendirian?”. Ya gimana ya, saya memang nggak mau merepotkan orang lain. Cuma yaaa susah juga kalau sendirian duduk di gazebo. Kalau misal saya pengen beli gorengan di kantin, nggak ada yang jagain barang-barang saya. Masa ya mau beli gorengan 6000 beres-beres dan bawa semua barang ke kantin aelah. Terus kalau ditinggal kosong kursinya bakal udah ditempatin yang lain. Maklum, gazebo perpus itu jadi rebutan banyak orang. Sehingga kenapa kalau ada mbak-mbak yang nggak kebagian tempat duduk terus minta izin duduk gabung saya, seneng bangett. Bisa knenalan dan saya titipin barang-barang saya, misalnya kalau mau ke kantin atau ke mushola.Nggak malas juga buat memulai pembicaraan sama orang asing di mana pun berada. Baik waktu di kereta, di bus, ataupun di suatu acara yang saya datang sendirian (tanpa ngajak teman, bahkan ke mall sendirian wkwk ya ampun ngenes banget si) terus sebelahan sama orang baru saya nggak malas ngajakin ngobrol, walaupun saya bukan tipe orang yang suka basa-basi. Btw, kok belum ada ya mas-mas yang minta gabung tempat duduk sama saya #ups.

Kemana-mana sendirian sampai ke mall, beli makan, dan dateng ke acara seperti seminar tanpa seorang teman nggak tersiksa? 

Nggak tersiksa kok. Bahkan jalan-jalan kecil saya juga sendirian. Nyaman-nyaman saja. Nah lho padahal kayak gini kan masuk ke tipe introver. Berbanding terbalik sama kondisi yang di atas tadi. Di kos saya sendirian waktu sepupu saya pulkam, saya juga nyaman-nyaman aja. Nggak pernah merasa kesepian.

Jadi saya suka ketemu orang, tapi kalau saya sendirian, nggak merasa kesepian. Gimana dong?

Makanya kalian agak peka gitu dong, nawarin diri buat nemenin saya wkwkw. Saya pengen traveling ke beberapa tempat loh, ayolah ada yang mau ikut. Ahahhaa.

Perihal belajar juga kayak gitu. Waktu SMA mungkin beberapa teman saya tau, saya bisa mencerna soal fisika dengan mudah kalau anak-anak di kelas lagi ramai. Nyaman banget buat saya belajar di tengah keramaian. Makanya saya sering itu nongkrong di gazebo perpus sampai malam (sebelum UAS ya hehe) buat belajar. DI gazebo perpus tuh kan ruame banget banyak orang. Seneng banget akutu. Nyaman buat belajar. Bukan berarti kalau di tempat sepi saya nggak bisa belajar. Tetap bisa kok, tapi nggak senyaman di tengah keramaian.


Kehidupan di Sosmed

Ada lagi tipe introver yang ada dalam diri saya. Kurang aktif di sosmed. Orang ekstrover senang jika semua orang mengetahui apa yang mereka baca dan pandangan mereka tentang isu-isu terkini. Nah ini bukan tipe saya. Sosmed saya sepi kecuali twitter. Saya jarang update story baik di wa atau ig. Saya jarang share terkait suatu hal yang sebenarnya bisa buat orang lain mendapat informasi. Mungkin karena berpikir itu ruang yang tidak nyata di mana banyak orang bullshit sih di instagram, jadinya kurang membuat saya tertarik. Atau karena saya cenderung malu di sosial media. Sebenarnya tidak ada alasan juga untuk malu. Bingung deh saya.

Nah bingung kan kalian saya masuk tipe personality yang mana? Hehe.





Kalau menurut MBTI yang saya coba di 16personalities, hasilnya adalah ENTJ-A. Artinya kecenderungan saya lebih ekstrover. Cuma saya nggak mau melabeli diri sebagai seorang ekstrover, karena dalam beberapa kasus saya bisa menjadi orang yang introver bila bertemu dengan kelompok/orang tipe tertentu. Saya bisa kok jadi pendiem di beberapa tempat. Di jurusan saya termasuk tipe introver kalau dinilai teman-teman. Ya karena emang mereka lihat saya pendiam, jarang ikut noongki-nongki, dan nggak banyak bicara. Tapi saya pasti ajak bicara teman sebelah kok, cuman ya tergantung respon lawan bicara ya. Kalau responnya antusias dan bisa diajak ngobrol enak. Klop deh, saya nggak bakal jadi seorang pendiam. Intinya tergantung kondisi bagaimana lawan bicara lah.

Baca: About Me


Menurut kalian yang udah pernah kenal saya, saya termasuk tipe yang mana? 

Share juga dong, kalian tipe kepribadian yang mana?


  

You May Also Like

2 komentar

  1. Menurut aku, kamu lebih ke ekstrovert. Introvert sesuai keadaan bagus banget itu. Wahaha

    ReplyDelete