It's something like Puzzles
Berkali-kali saya
pernah bilang ke twitter kan terkait memberi semangat teman-teman untuk siapa
saja yang menempuh jalan kebaikan di mana pun berada, untuk kalian yang memilih
jalan perjuangan, dan untuk kalian yang menjalani kehidupan sebagai penikmat. Semua
baik dengan cara kalian masing-masing kok. Nggak perlu bersaing kebaikan lah,
karena semua yang kalian lakukan selama dalam lingkaran norma kehidupan tetap
baik.
Anyway, I’ve just met with my friends twelve days ago,
yeay. Lama banget udahan. Setelah meet up biasa lah saya mengambil hikmah dari pembicaraan
teman-teman haha. I think that every
single has choice in their life. And every choice has reason why you choose
them. Tiap orang memiliki pilihannya masing-masing dan alasan tertentu why you do it. Yak hal serupa telah saya
lihat dari teman-teman SMA yang sudah lulus. Hidup lebih banyak warna saat kita
menginjak usia dewasaa. Ketika masa dibangku-bangku pelajar hidup memang masih
monoton mayoritas. Sama-sama menempuh pilihan bersekolah, pakai seragam sama,
uang saku beda tipis lah antar anak, punya tujuan jangka pendek yang sama; yang
SD bercita-cita msuk SMP favorit dan yang SMP bercita-cita masuk SMA favorit.
Saat lulus SMA, pilihan hidup lebih berwarna. Ya tau lah ya nggak usah saya
sebutin warna-warna kehidupan.
Baca: PelajarTingkat Akhir
Kadang itu saya
senang waktu lihat teman-teman sudah (berani) menentukan pilihan mereka dengan
resiko masing-masing yang dibawa pada tiap pilihan tersebut. Oh you’re all grown up dear. Semangat
kalian semua yang menempuh jalan kebaikan melalui pilihan kalian. Setiap pilihan
tersebut ada alasan kuat yang membuat kalian bertahan dalam pilihan terserbut.
Jangan sampai goyah.
Cuma yang membuat
saya miris ini ya, ketika kita sudah saling menghargai pilihan masing-masing,
masih banyak teman-teman yang mengutuki pilihan dengan pikiran-pikiran sempit.
Membatasi pilihan tersebut dengan angan-angan yang kurang open minded. Contohnya masih banyak yang mengutuki pilihan jurusan
dengan membatasi ruang pekerjaan nantinya. Padahal kita ini sudah hidup di era
milenial loh. Revolusi industri 4.0. Jenis pekerjaan berkembang luas menembus
jendela kaca rumah-rumah. Artinya pekerjaan sudah mampu dilakukan di kamar
sendiri. Belum lagi yang sedang gencar-gencarnya mewujudkan 1000 start up. Dinamika profesi di kalangan
generasi Z melintang luas. Pekerjaan freelance
diperkirakan akan mewabah di masa depan. Masanya di mana kita membuat manfaat
bagi yang lain melalui memberi peluang pekerjaan kepada yang lain, alias
menjadi entrepreneur. Tapi tidak
menutup kemungkinan pekerjaan lain profesi yang lain juga tetap dibutuhkan.
Semua menjalankan sesuai perannya. Nggak bisa kita menyamakan diri dengan orang
lain, lha wong peran kita udah berbeda. Perbedaan
peran lagi-lagi diakibatkan oleh pilihan yang kita tempuh.
Jangan berpikir kalau dunia sedang mengejekmu. Berpikirlah kalau dunia tengah mengajarimu sesuatu. Setiap manusia adalah pemeran utama dalam hidupnya masing-masing.
Kalau pun kita sedang terjebak dalam pilihan
tersebut, percayalah semua itu ada alurnya. Yang pasti itu alur nggak lepas
dari skenario Pembuat Kehidupan. Yang penting kalian tetap menebar kebaikan
sesuai peran dan pilihan kalian masing-masing. Jangan sampai sifat iri atau ‘pengen’
atau menjadikan pilihan orang lain menjadi toxic bagi kalian, yang kemudian
menggoyahkan pilihan kalian alias minder. Panjang bat dah. You’re not child again, dear. Meskipun saya juga masih belajar jadi
dewasa, tapi saya yakin salah satu tanda kedewasaan saat kalian berpegang sama
pilihan kalian dan komitmen.
Apalagi pilihan
terberat menurut saya pasca lulus sarjana. Berbagai pilihan melintang dengan
resiko masing-masing. Dan kadang kita sibuk melihat teman-teman yang udah ‘di
atas’ atau udah ini, itu, itoh, wkwk tapi kita lupa sebenarnya saat kita ‘di
atas’, kita lupa sama teman dan lupa BERSYUKUR. #ngomongapaseh. Enak banget
saya ngomong kayak gini wkwk, tapi ini uneg-uneg
saya dan ini blog saya wkwk. Kalau saya denger dan menilai dari kakak-kakak
kenalan saya yang baru lulus, atau yang sudah kerja terutama perempuan, mereka
bilang banyak hal yang membuat perasaan kita takut atau ragu untuk menentukan
sebuah pilihan. Ada yang sudah dapat kerja dengan posisi keren, beasiswa S2,
bisnis sukses, ada juga yang nyaleg wkwk, jadi founder, life goal relationship, and many kinds of life wkwk. Ya
namanya juga hidup. Kekhawatiran akan masa depan juga udah jadi sifat manusia
kan? Ya namanya juga hidup. Kayak puzzle kan emang hidup itu. Pada akhirnya kerumitan-kerumitan juga bakal ada jalan keluarnya. Pilihan-pilihan yang masih bercecer akan menemukan sang pemilih.
#ngomongoposeh
btw, jujur deh saya bingung mau kasih judul apa wkwk
0 komentar