Powered by Blogger.

Coffee Break Panda

BY DEVANDA C.P.N

Beberapa jam lagi udah mau ganti kalender aja. Tahun 2018 nggak kerasa udah menjadi saksi perjalanan kita di tanah perjuangan. Perjuangan memikul sebuah amanah besar sebagai manusia. 

Rasanya cepet banget ya waktu bergerak melewati detik-detik, tapi apakah kita juga sudah garcep dalam melewati detik-detik yang terlewatkan? Atau malah kita masih stay on padahal waktu udah lari jauh menghisap usia kita. Ya Allah.... Iyaya, Hello diriku yang berusia 19 tahun sekarang. Lo 19 tahun hidup di tanah rantau (bumi kan tempat manusia merantau) udah ngapain aja? Mati dah kalau ditanya pertanyaan semacam itu.

Padahal dulu waktu kecil waktu kerasa lama banget. Waktu main nggak pernah habis. Masa kecil pengen jadi orang dewasa. Aku udah gedhe Ma.. Padahal masih polos nggak ngerti apa-apa perihal realita kehidupan. Eh waktu udah sampe dewasa, pengen balik lagi jadi kecil biar nggak kecipratan masalah ke-bumi-an. Emang lucu manusia ya.

Resolusi tahun baru juga jadi perbincangan hangat nih. Banyak yang bilang resolusi bukan berarti membuat mimpi atau targetan-targetan baru. Tapi gimana kita meng-update mimpi-targetan kita di tahun sebelumnya yang belum kecapai. Nggak lupa juga memperbarui targetan/mimpi kita dengan langkah perwujudan yang benar dan detail. 

Cuma kok kalau saya lihat, kita nih semangat sama mimpi-mimpi resolusi kita cuma di awal tahun. Terus baru beberapa bulan udah lupa sama lust-list targetan/resolusi yang udah kita buat berjam-jam sebelum kembang api muncrat di langit. Terus alhasil di akhir tahun lagi bingung bahkan lupa, emang targetan aku tahun ini apa aja ya... wkwk. Lucu. Eh atau emang cuma aku ya yang kayak gini. hmm


Okeydeh mari kita evaluasi diri ini yang penuh dosa.

1. Waktu luang disia-siakan

Ini nih yang jadi penyakit generasi Z termasuk saya. Lebih lama mantengin gawai daripada mantengin buku apalagi al-quran. Mau nyentuh hobi, eh udah mager karena terlanjur nyaman di kasur sama gadget. Ahlhasil waktu yang bisa dibuat me time habis buat scrolling timeline twitter. ok. 

Makanya saya lebih suka kalau punya agenda padet di kampus. Habis ke urusan  A lanjut urusan B lanjut terus sampai waktu memanggil buat istirahat. Kalau enggak gitu, sama bakal gabut dan akhirnya homesick. Kelar pemira kemarin saya itu gabut, nungguin UAS juga. Nggak ada perkuliahan, gabut, nggak ada organisasi, nggak ada agenda buat bahas proker atau bahas sesuatu. Walhasil saya pengen pulang dong. Kangen rumah. Kalau misal saya jadi mahasiswa kupu-kupu dan gabut meliputi diri, ya sama malah nggak kuat buat melipat jarak dengan kampung halaman. Kan gawat. Makanya kalian kalau ada acara yang berfaedah ajakin saya, tahun depan saya udah nggak di EM kok. Nggak tau kalau di tempat lain wkwk.


2. Ngomongnya nge-gas

Jadi anak rantau di Malang, semakin ke sini saya jadi nggak bisa ngontrol omongan saya. Iya kalau ngomong suka nge-gas. Gawat nih. Terus gimana dong. Maafin ya.


3. Maennya kurang jauh

Fokus membuat hasil ijazah dan skhun SMA dengan serangkaian ujian membuat saya banyak di rumah. Alhasil saya kurang main. Giliran udah kelar dan kegabutan melanda eh nggak ada yang bisa diajakin maen.

Terus, di kota baru juga saya mainnya kurang jauh. Baru main-main sama anak kuliahan UB. Padahal kan saya pengen kenal yang luar UB juga, pengen kenal sama komunitas-komunitas luar UB, pengen punya kenalan ustadzah-ustadzah yang bisa saya kuras ilmunya. Cuma sampai sekarang saya belum bisa merealisasikannya. Kan syedih.


4. Mutabaah harian sekip

Permasalahn tiap tahun dan tiap manusia mager apalagi generasi milenial adalah sulit istiqomah. Termasuk saya. Istiqomah banget kalau pas butuh Allah. Tapi pas ada kenikmatan lupa. Iyaya saya nulis ini juga kayak tamparan keras buat saya. Duh jadi malu kan sama Allah. Doain semoga saya dan saudara lainnya istiqomah ya....


5. Targetan belajar nggak kelar-kelar

Oke jadi saya buat targetan belajar bidang ini bidang itu baik lewat youtube atau buku untuk tiap bulan. Sayang sekali saya melewatkan kesempatan itu, padahal katanya gabut terus. Aduh emang ya manusia kek gitu. Masa juga saya baca satu buku psikologi nggak kelar-kelar dalam kurun waktu tiga bulan lebih. Parah amat sih lu.


Shortwish saya; semoga bisa lebih baik, lebih berkembang, nggak mager, memanfaatkan waktu lebih baik, targe-target sebelumnya yang masih sekip bisa terealisasikan di tahun 2019. yeay.

Maaf singkat-singkat aje nih, karena saya sudah ngantuk-ngantuk ini. Baru bisa bikin soalnya habis rapat saya. Iya rapat online. Jadinya baru bisa ngetik sekarang, beberapa menit menuju tahun 2019. Sebenarnya tadi sore saya udah buat tapi karena spesial dan belum menemukan judul tepat, jadi ya saya tahan dulu buat nggak diposting.


oke.. selamat berdoa di sepertiga malam di tahun yang baru. Semoga kalian bisa istiqomah dengan harapan-harapan dan targetan-targetan kalian. Sekiyan.




Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Hello myself,


How do you feel this day? Hei... today is your day. Yes. This date, you were sent to feel life in this world.

But this morning until evening, nothing one to say for your day except your cousin this morning. Your family is silent and don’t say anything to you about this day. Nothing one chat you to say anything about your day. It’s ok. It’s your hope, isn’t it? Surely. You designed to hide your birthday date in Line App, so anyone doesn’t know about your day. Actually, my heart is sad, but this is my wish, isn’t it?

Until I typed on my twitter (yeah, I’m very honest on my blog and twitter, I like to tell my day in my twitter) about my day, and my close friend know about it. Immediately, I erase my tweet, haha. Because of her, I was happy. I got some words from my friends, but for what? I think it again. For what? Ahhh, obviously, I haven’t been able to resist myself, yeah, I can’t yet abstinence, I’m not yet controlling myself. Yeah, it’s difficult. You want to celebrate it alone, but you can’t do it. Why are you always alone and alone? Let open yourself to share your story for others. Again, it’s difficult for me to find people who can accept my story and myself. I’m confused to choose anyone who can be a good listener for me. However, telling story about everything to my friend was my habits when I was a student in senior high school.


Well, let it enjoy your message for yourself.

19 years ago, in this date, the  first time for you to see this world. So, I just want to say thank you for Allah because until now, He still gives me pleasure. I just want to thankful for everything He has been given to me. I don’t need gift like a fun box or money. I just want everything will be ok and better ok. 

Hello myself, 

I wanna remind you that, life never been easy. Life is gonna be crazier actually. Growing up myself, please. Struggling for life is a must. But never  forget to share goodness and let yourself, give helpfulness to everyone. The worst is so much, don’t exacerbate things.


Be strong. Be brave. Be kind. Be good. Be humble. Be nice. Be helpful.

Cheer up for today and the days ahead!



Sincerely,
Imperfect Human


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Memang saya sempat bilang illfeel dengan pejabat organisasi yang tiba-tiba ngelempar amanah seenaknya alias ‘ngilang’ gitu aja nggak ada kabar. Tapi pembicaraan online di siang bolong dengan kakak tingkat membuat saya jadi mikir. Hmm mikir lagi, mikir lagi...

Perihal memahami orang lain. Belajar dari menteri saya di Eksekutif bahwa kita nggak bisa seenaknya menjustifikasi orang tanpa memahami keadaan mereka. Orang yang memutuskan komitmennya di tengah jalan alias jadi ‘orang ngilang’ di dunia keorganisasian, mereka pasti memiliki alasan tertentu untuk mengambil keputusan itu. Mungkin aja ada kondisi di mana ada yang lebih prioritas. Mungkin aja di tempat dia ‘ngilang’ dia nggak nyaman dan lebih nyaman di tempat lain. Dia yang jadi ‘ngilang’ bukan berarti dirinya nggak aktif juga di tempat orang lain. Mungkin dia lebih memprioritaskan di tempat lain, sehingga di tempat satunya dia ‘ngilang’. Dan satu lagi, seberapa sering kita bertanya kabar ke doi sehingga kita tau keadaan doi yang nyebabin dia nggak nyaman terus ngilang.

Apa kita langsung menyalahkan dan menjustifikasi kepada mereka yang ‘ngilang’ dengan persepsi-persepsi negatif tanpa tau kondisi mereka. Lha wong tanya kabar aja jarang, gitu kok mau persaudaraan atau ukhuwah terbentuk. Jangan-jangan ukhuwahnya sebatas proker?

Sama.

Buat kalian yang ‘ngilang’ juga (kalau bisa) bilang-ngomong biar mereka-mereka juga paham dan ngertiin kalian, syukur juga bisa bantuin kalian yang punya problem.

Buat yang nggak nyaman coba merangkul yang lain biar menemukan satu kenyamanan. Buat yang aktif juga ngerangkul mereka yang nggak nyaman. Semua bakal ketemu di tengah dan terjalin komunikasi yang baek. Jangan ketemu di pinggir atau di tepi. Jangan salah satu aja yang berusaha menggait, nggak bakal ketemu nanti.

Tapi beda cerita kalau ternyata doi udah males. Ehehe.

Etapi juga ada sih saya udah ngomong kondisi saya, tetapi mereka nggak mau tau dan nggak berusaha memahami saya. Kesel kan saya. Padahal bener-bener ada hal yang lebih prioritas dan saya udah ngomong.


Jangan menzalimi!

Terus saya juga mau ngomong. Komitmen yang kalian buat ikut organisasi itu harus dijaga. Ingat itu amanah. Apa kalian yang ilang tanpa kabar nggak mikir kalau misal kalian ngilang itu sama kayak zalimin yang lain. Maaf kalau saya ngomongnya nge-gas.

Kalau ada banyak amanah ya.. kalian pasti udah tau managemen prioritas lah. Saya yakin kalian itu udah jadi MAHA-siswa, pasti udah ngerti mana yang lebih urgent, dan mana yang bisa ditunda ke-urgent-annya. Karena semua amanah itu urgent dan penting, Cuma pengaturan waktunya aja. Ingat tujuan awal kalian ngambil komitmen itu.

Makanya saya nggak ikut banyak organisasi. Pengen sih ikut ini-itu, tapi saya sadar kemampuan saya, dan takut ambil resiko, yaa hubungannya sama lpj di akhirat soalnya. Sebab nanti kalau keteteran bisa memengaruhi persoal branding kita. Jadinya kepercayaan orang lain kepada kita menurun. Akhirnya saya lebih seleksi dalam memilih organisasi. Saya tanya diri saya, niatnya apa kalau mau join ini-itu. Yang pasti niatnya biar komitmen tetap istiqomah. Untuk kepanitian, saya kurang suka, karena saya bukan tipe event organizer, tapi aktifis pergerakan.

Well, ini nih organisasi yang saya ikutin selama satu semester jadi MABA.
  • Eksekutif Mahasiswa 2018 di Kementerian Advokesma (BEM UB tingkat univ)
  •  Rohis Fsayaltas (Gen-Q)
  • ‘tempatkeberpihakkanku’
  • Faktabahasa Malang




Fotonya menyusul yaw, karena saya sedang bertarung dengan lemotnya koneksi. pfftt


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Setelah saya tulis tentang Pelajar Tingkat Akhir,  lagi-lagi saya mau nulis perkara yang ada di kalangan siswa kelas dua belas. Perihal memilih jurusan menjadi topik hangat di siswa SMA tingkat akhir. Akan banyak perdebatan dalam menentukan pilihan jurusan, terlebih jika kita punya orang tua yang overwish atau punya harapan besar si anak bisa masuk pada jurusan yang mereka inginkan. Ya kita jadi anak bingung-sedih lah ya. Maunya membuat mereka bahagia dengan kita bisa bersekolah di jurusan yang mereka inginkan tapi kita-nya yang nggak sreg, nggak seneng. Memang kita mampu dan bisa, tapi nggak cinta. Akibatnya kita ngejalaninya penuh paksaan dan tekanan.

Nggak jarang juga orang tua memaksa anaknya agar memilih sekolah ikatan dinas karena kepastian hidup yang terjamin. Padahal hidup itu penuh ketidakpastian dan yang menjamin hidup kita hanya Allah. Memang sekolah ikatan dinas sangat menarik perhatian banyak siswa, bahkan sampai anak SMP pun sudah punya target bisa masuk ikatan dinas. Iya.. saya korbannya, haha. Jadi kelas dua SMP saya udah punya target buat masuk STAN atau IPDN. Saya tulis itu didaftar wishlist saya (masa itu saya masih jadi seorang planner), lolos IPDN, haha ngakak sendiri kalau keinget. Emang dasarnya anak SMP, lihat kepastian dan kenyamanan yang diberikan IPDN bener-bener menggiurkan. Siapa coba yang nggak mau sekolahnya gratis, sarana dan prasarana nyaman sekali, biaya hidup gratis, dapat uang saku, dan segalanya gratis tanpa membayar dan yang paling penting langsung kerja, nah lo mau nolak? Haha itu pemikiranku waktu masih SMP.

Kemudian, menginjak kelas satu SMA saya mengganti target sekolah menjadi STAN. Dengan alasan boleh memakai kacamata, kalau IPDN kan nggak boleh berkacamata, sedangkan kondisi mata saya pake kacamata. Nggak tanggung-tanggung saya memasang target langsung D1 Kebendaharaan Negara dan juga bikin mind map hidup saya setelah lulus, hahaha random banget tau nggak sih (Iya. Dulu saya anaknya ­planning banget). Saya nulis ini sambil inget-inget jadi senyum-senyum sendiri, seriously wkwk. Dan hal ini sih yang ngebuat saya jadi nggak begitu optimal dalam pelajaran sehari-hari. Saya selalu meremehkan dengan berkata "saya kan pilih STAN jadi prioritaskan belajar buat tes STAN". Nggak baik ya temen-temen, jangan dicontoh. Tapi untungnya nilai saya nggak jelek-jelek amat sih, cuma ada dua yang dapet C, itupun nilai keterampilan.

Lambat laun saya terjun ke dunia baru yang membuat saya lupa akan mimpi di STAN (haha punya impian kok jadi PNS, dasar orang Indonesia. Tapi itu realita kehidupan gais). Saya lupa sebab disibukkan oleh organisasi Lembaga Dakwah Sekolah di luar sekolah. Sebelumnya sempet ikut Kelas Motivasi. Lalu seiring berjalannya waktu, berjalannya proses belajar, ketemu banyak orang-orang hebat di Nganjuk yang membuat pemikiranku semakin terbuka luas dan tidak sesempit menjadi PNS, haha. Saya mulai meninggalkan, menghapus, dan mengganti mimpiku tidak lagi melanjutkan sekolah berlabel ikatan dinas. Terlepas dari perihal agama, memang ada alasan khusus saya tidak mau sekolah berlabel ikatan dinas. Saya juga mikir jikalau saya diterima D1 STAN berarti saya langsung kerja di tempatkan di luar Jawa, kerja seperti pegawai biasanya dari jam 8 sampai jam 5 sore, ya kapan saya nikmatin masa muda saya coy. Oke bener saya udah PNS, dapat gaji sendiri, sudah nggak minta orang tua, bisa beli apa yang saya mau, tapi rasanya saya kehilangan masa muda. Nggak juga tuh Dev. Ya gimana ya. Itu bukan tipe saya banget wkwk. Kalian yang udah mengenal saya pasti tau mana yang tipe Devanda banget. Haha. Nggak bisa merasakan bingungnya ngurusin proposal yang nggak di acc rektor, gimana laparnya jadi anak kos, gimana susahnya hidup mandiri di tanah rantau pake pesangon orang tua, gimana menghadapi berbagai idealisme-idealisme di kampus. Menurutku akan ada banya pengalaman yang terlewatkan begitu saja kalau kita nggak ngerasain kehidupan kampus bukan ikatan dinas. Hello ikatan dinas juga banyak idealisme-idealisme kok. Iya memang. Tapi ya gimana ya wkwk ini opini dan pilihan saya. Saya juga menghargai temen-temen yang berjuang masuk ikatan dinas dengan pandangan berbeda. Ya silahkan saja dan jangan berputus asa akan impian yang telah kalian pilih, karena pandangan tiap orang beda-beda.

“Buat kalian, dimana pun sekolah atau tempat menuntut ilmu kalian, Semangat kalian semua...Kalian tetap baik kok dan jangan lupa menebar benih kebaikan dimana pun kalian berada.”  

Perjalanan memilih jurusan setelah transisi pilihan dari ikatan dinas ke sekolah negeri pun panjang. Nggak langsung menentukan. Perasaan bimbang, bingung, khawatir juga sudah saya rasakan dalam memilih jurusan sama kayak anak kelas 12 pada umumnya lah. Poin kebingungan kita dalam memilih jurusan adalah kekhawatiran kita akan masa depan yang masih samar-samar. Yaiya siapa juga yang tau masa depan. Kita bingung karena kita takut akan nasib kita di masa depan. Itu yang saya pelajari selama saya dan teman-teman riwuh dalam memilih jurusan. Orang sekarang aja saya udah dipilihkan Allah di Sastra Inggris aja masih ada rasa keraguan. Bener nggak nih, yakin nggak nih hatiku mantep, bisa nggak nih. Ya semua itu terjadi karena memang watak manusia yang khawatir akan masa depan sebab masa depan penuh dengan ketidakpastian. 

Dari awal saya mengenal jurusan-jurusan bangku perkuliahan, list jurusan saintek rasanya kok nggak ada yang tertarik kecuali FK (ehehe). Iya saya dulu sempat pengen Kedokteran. Tentu saya ada alasan kenapa saya pilih jurusan itu. Tapi saya mikir lagi, iya emang doyan mikir dulu ehehe, sepertinya prioritas hidup saya di kampus bukan hanya menuntut ilmu di bangku kelas. Taulah kalian gimana tipe saya hehe. Saya mikir (lagi), masa kuliah cuma praktek, ngerjain laprak, nge-lab, belajar, ngurusin badan manusia. Hehe. Membosankan sekali (menurut saya lho). Terus kalau gitu saya nggak tau kabar kampus saya. Ada apa dengan birokrat, ada apa sama pemerintahan. Kan mahasiswa (katanya) monitor utama dalam pengawasan pemerintahan. Wah saya nggak expect deh di FK kayaknya. Walaupun kemungkinan saya mampu. Bisa kok kamu tetap berkontribusi walaupun jurusan FK. Iya saya tau, cuma tipe kontribusi saya ya... kalian tau lah yang udah mengenal saya hehe.

Sedangkan list jurusan soshum, banyak yang membuat diri ini tertarik. Mulai dari HI, Hukum, Kriminologi, Sastra Inggris, Ilmu Komunikasi, dan Psikologi. Haha banyak banget. Semester awal kelas 12 saya pengen HI/Hukum UI. Terus nggak jadi hehe. Pengennya FK sebelum saya berpikir seperti di atas. Sampai 14 Februari saya memutuskan langsung memantapkan pilihan di soshum. Saya kerucutkan, sampai saya pengen masuk psikologi. Dengan alasan, saya tertarik untuk mengulas dunia perkembangan anak atau psikologi anak sebagai bekal ilmu parenting #asik. Tertarik juga dengan hal psikologi semacam kepribadian atau personality. Iya jaman saya SMA sering teman-teman tanya ke saya terkait tipe-tipe kepribadian mulai dari MBTI, sampai membedah (fi)-nya bagaimana, dst. Tertarik juga untuk mempelajari psikologi orang-orang yang berusaha untuk mengakhiri hidupnya, orang-orang penderita selfharm, dan yang paling saya kepoin perihal syaraf-syaraf otak yang bisa menimbulkan perilaku-perilaku kita. Bukannya masuk ke dokter spesialis syaraf ya? Intinya kek gitu lah ahaaha.

Pengumuman lolos SNMPTN akhirnya diproklamasikan. Alhamdulilah saya lolos walaupun diurutan tengah-tengah haha. Udah deh. Mulai bingung. Mau ambil psikologi UB, nggak bisa. Sebab UB hanya menerima pelajar ips yang mendaftar melalui SNMPTN. Orang tua mintanya saya di UB, nggak boleh di UI. Hadeuh. Akhirnya hasil salat minta petunjuk ke Allah, hasil kemantapan hati, dan tentu hasil pilihan ibu, saya diminta memilih Sastra Inggris UB. Walhasil saya pun diterima. Ya... dengan hati yang belum mantep sih sebenarnya haha. Ada keraguan juga... hmmm

Yaudah akhirnya saya di jurusan ini dengan segala keterkejutan, realita, dan drama wkwk. Semua itu bakal saya sharing agar teman-teman terkhusus adik kelas lebih teliti dalam memikirkan dan memantapkan memilih jurusan.

Saya juga mau cerita hikmah dibalik ini semua. Yang mana ini hasil pemikiran dan perenungan saya beberapa hari ini. Stay tune bray.

Baca: Jangan berputus asa dari rahmat Allah
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar







Ngelakuin tindakan atau kebiasaan atau apalah yang baru tapi rutin itu pasti ada alasan kuat yang melatarbelakangi kita buat tiba-tiba berani mendirikan tindakan baru dalam kehidupan kita yang serba mager ini. Panjang banget dah. Oke udah ya basa-basinya. Sesuai judul, saya bakal bahas kenapa tiba-tiba saya aktif memposting di blog yang sebelumnya cuma gado-gado main blog. Kadang nerbitin postingan kadang enggak. Komitmen nulis sebulan sekali, dilanggar juga. Ah nyali lu kecil, target kok sebulan sekali.

Sebenarnya punya blog udah lama. Saya (paksain) ingat blog pertama saya buat tahun 2013. Waktu pertama kali dibelikan laptop plus modem. Iya zaman saya dulu wifi belum masuk di kalangan masyarakat sekitar saya. Terus saya ngutek-ngutek segala sosmed, termasuk blog. Yeay twitter saya juga rilis di tahun 2013. Jadilah tuh blog pertama saya dan kemudian bingung mau isi postingan apa. Terus vakum sampai SMA saya punya hp android. Jelajah play store hingga nemu aplikasi blog di hp, langsung saya instal-lah aplikasi itu. Terus sign in lagi dengan akun blog yang pernah saya buat. Kepikiran ngisi blog dengan kumpulan puisi-puisi lama saya. Eh ngebosenin deh. Nih sebenarnya blog buat apaan sih, pikir saya waktu itu. Ya udah malesin waktu itu. Iya saya belum mengenal istilah-istilah blog semacam blogwalking, SEO, template blog, dll.

Sampai saya mengalami perasaan yang kacau. Terus melalui aktivitas nge-blog, saya merasa jiwa saya terisi lagi. Saya hidup kembali #asik. Iya memang aktivitas menulis sudah saya lakukin sejak kecil.  Selengkapnya baca aja di Welcome your moment again. Maaf ya waktu itu masi belajar ngalay nulisnya. Wkwk.




Sejak itu nafsu menulis blog mulai bangkit lagi, ya walaupun belum konsisten tapi blog mesti keisi kok. Urusan ujian dan cari sekolahan alhamdulilah kelar dan memasuki bulan pasca ramadhan, itu gabut banget. Jadi ya ngisi waktu sisa liburan sebelum jadi aktifis ospek (because maba), ya itu. Nulis blog.

Memasuki masa-masa ngampus yang of course sibuk-SOK SIBUK DENG. Tetep saya sempetin nulis. Kan udah komitmen. Terus selama saya berproses di kampus, saya jadi mikir di akhir bulan November. Banyak banget hal baru dan pengalaman luar biasa yang saya dapat di kampus biru ini. Banyak banget kegiatan baru yang mampir di kehidupan saya, Banyak banget kenalan yang saya dapat, sampai kenal pejabat kampus. Banyak banget realita kampus yang menampakkan diri di depan mata saya yang kemudian membuat saya jadi merenung dan mikir. Dan semua itu saya dapat dalam waktu yang singkat. Iya padahal saya baru beberapa bulan menginjak dunia kampus, belum genap satu semester. Terus saya mikir lagi, hehe, sayang banget kalau semua hal yang saya dapat nggak ada jejak nantinya. Karena saya pelupa akut selevel lupa pakai sandal jepit waktu kelas haha. Iya sering banget saya ke kampus pakai sandal jepit, nanti mau kelas baru pakai sepatu. Pernah juga otw kampus pakai sandal jepit dan lupa nggak bawa sepatu, alhasil saya cari mangsa yang bisa dipinjamin sepatu haha.

Oleh karena itu, saya merasa nge-blog itu penting sebagai bayaran memori saya yang terbatas dan nggak bisa memuat seluruh aktivitas kehidupan saya. Jadi blog ini sebagai bentuk dokumentasi kalau ada pembelajaran penting yang saya dapat, pengalaman, hasil mikir yang tiba-tiba, guyonan, kerecehan saya yang absurd dan hal lain yang sekiranya bisa saya share.

Ada lagi alasan yang melatarbelakangi saya niat nulis blog lagi. Saya adalah tipe orang pencerita hal yang penting. Iya. Kalau ada sesuatu hal yang biasa aja ya saya nggak bercerita. Saya memang tipe orang yang kalau dapat hal baru langsung saya sharing/cerita. Semasa SMA saya seringnya main di luar sekolah (jadinya kenalan di sekolah sedikit) terus hal baru dari luar yang baru saya dapat langsung saya cerita ke temen SMA saya. Bahkan waktu saya mulai berani mengakui saya pernah jatuh cinta hahaha, saya langsung cerita ke deskmate saya. Pokok saya senang cerita hal baru yang mana teman-teman saya harus tau hal ini wkwk. Nah nah, berhubung di tanah rantau saya belum menemukan orang yang bersedia mendengarkan cerita saya, alhasil saya ceritanya ke blog. Ada sih satu orang, tapi saya nggak bisa cerita legawa atau lossss, soalnya kita jarang ketemu. Emang ya, di dunia kampus kita bakal ketemu kenalan baru melalui suatu kepentingan. Contohnya kenal karena organisasi, karena proker, atau karena sksd whahaha, atau bisa juga karena nggak sengaja ditabrak cowok ganteng #apaansi.

Alhasil, kalau ada notifikasi dari blog, saya semangat sekalee, mood langsung naik. Makanya kalian follow dong, subscribe dong, dan komen dong. Ehehe. Yaudah yuk buat blog, terus follow saya. Sip.


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Akhirnya kelar juga habis keos UAS dua minggu, eh lama banget UAS-nya sampai dua minggu? enggak lah. Dua minggu keos nungguin UAS sekalian euy. Jadi UAS buat prodi aku baru dimulai tanggal 13 Desember, alhasil kelarnya tanggal 21 Desember. Hadeuh rasanya capek nungguin nggak UAS-UAS di sisi lain temen-temen udah riweuh soal UAS atau take home yang membludak. Eh waktu gua udah UAS pengen cepet-cepet kelar ditambah temen-temen banyak yang pamitan mau pulkam, dan ngajakin kumpul sebelum liburan. Hadeuh bikin tambah iri dan homesick: pengen cepet-cepet pulang (tapi kalau udah sampai rumah bingung mau ngapain). Tambah pula harus nahan buat nulis blog sampai urusan kampus semester ini kelar. Duh, rasanya pengen cepat-cepat kelar, cepat-cepat pulang, dan cepat-cepat nulis blog, serta menyusun rencana liburan semeseter yey.

Dannn sekarang udah memasuki periode libur, tapi masih belum sempat ngisi blog sampai aku ditodongin nih sama temen yang udah aku janjiin bakal ada postingan baru di blog karena liburan telah tiba. Jadi aku mau ngeles yaaa haha sekalian cerita ngapain aja sih kok sampai nggak nyentuh blog.

Jadi gini gaes, mendekati kelar UAS aku banyak tuntutan buat ketemuan. Iya banyak meet up sebelum meet up sama kampung halaman.

Mulai dari ketemu sama al-kahf. Dari dulu mau gathering aja susah. Wacana mulu. And finally, dengan ala kadarnya lah akhwatnya kita bisa ngumpul bareng. Kalau ikhwannya sih lumayan banyak. Yeay. Dan kalian tau bahasan kita dari gathering pertama sampai kumpul-kumpul kemarin sebelum liburan adalah kenalan nama dan fakultas. Gitu aja mulu sampai ada salju di Afrika Selatan.


Habis UAS terakhir di semester ini, langsung cabut buat ngurus amanah sebentar. Iya emang ya kata senior, akhir semester, akhir tahun, mau liburan, bebas dari proker karena udah demisoner, eh taklimat masih memanggil. Tidak semudah itu ferguso.... ya namanya manusia udah diamanahkan bumi.  

Setelah ngurus taklimat bentar, aku masih harus bantu temen buat check up ke rumah sakit. Ya anggap aja meet up terakhir di tahun 2018 kita di rumah sakit. Cabut ke kos buat packing because besok sabtu aku udah harus otewe ke kampung halaman. Rencana sih mau pulkam minggu atau senin (katanya mau pulkam cepet-cepet, kok malah lama), tapi orang tua sudah memanggil. Maklum masa Nganjuk-Malang, eh gua pulang kampung satu semester baru dua kali. Itu pun yang sekali karena diajak bareng budhe. Kalau enggak diajak ya mana gua mau pulkam. Eh pulkam pertama juga karena tuntutan ambil ijazah. Whaahaha. Durhaka banget dah aku.

hampir tiga bulan kenal kita belum pernah foto bareng lohh, ini juga nggak full team. Yahhh.
Sabtu pagi sebelum otewe, masih harus ketemu keluarga kecil aku di fakultas. The Last Gathering Kabayan 2018. Ada yang mau pamit soalnya, amanah di Brawijaya udah selesai. Yahh Syedihkan kita ditinggalin satu saudara, tapi senang karena akan memulai realita nyata di masyarakat #apasih.

Urusan kampus udah selesai. Beli oleh-oleh kelar. Astaga. Aku kelupaan belum ngembalikan buku perpus. Balik lagi ke kosan ambil buku dan cabut ke kampus. Eh ternyata perpus tutup, haduhh biasanya buka. Telpon temen-temen ke sana ke mari siapa aja yang nggak pulkam atau masih lama di Malang. Akhirnya dapet temen yang nggak pulkam dan jadinya aku repotin deh buat ngembalikan buku perpus. Mati kalau baru dikembalikan waktu masuk kampus, dapet denda bejibun lah. Semoga kebaikanmu dibalas ya mas. Aamiin. Gara-gara buku perpus jadinya aku molor dong otewe pulang kampung. Untung naik motor jadinya fleksibel mau berangkat. Kalau naik kereta, bisa ketinggalan cuy.

Mendarat di kampung halaman, waktu luang belum mampir ke gua. Masih harus ngurus ini itu. Dari ada banyak tamu yang dateng (plis tamu keluarga ya bukan ta’aruf wkwk), kulineran Nganjuk wkwk maklum kurindu makanan Nganjoek, main ke sodara, sampai main-main eh untung nggak kecemplung air. Iyakk dan sekarang aku bisa nulis blog, bentar lagi mau nulis plan liburan. Stay on my blog channel ya wkwk.



Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Aku emang anaknya jarang marah dan mungkin nggak bisa marah ke orang lain, paling ya maki-maki sendiri wkwk (nggak lah. bercanda). Cuma namanya manusia pasti punya emosional kan? Nah aku memang jarang marah, tapi penyabar dan pemaaf. #asikk. Enggak. Bukan gitu. Soalnya kalau ada kejadian yang menurutku sepele tapi sebenarnya menurut orang lain berharga dan nggak sepele, aku cepat melupakannya wkwk. Selain itu aku juga bodo amat sama urusan ‘apa orang ini suka atau enggak sama gua’. Makanya kan aku cepet maafin ya karena aku mudah melupakan suatu hal-hal kecil yang menyakitkan. :)

Hidup dibawa santai aja gais. Ngapain nyimpan dendam atau apa karena orang lain. Disakiti ya udah terima, tapi jangan menyakiti yang lain wkwkwk.

Oke. Back to the topic. Aku orangnya gampang banget illfeel terhadap dua spesies manusia yang ada di kehidupan aku selama ini.

Spesies sama ‘orang ngilang’ di organisasi. Tapi ini illfeelnya sama spesies kayak gini juga ada standartnya. Mungkin sudah menjadi hal biasa kalau di setiap organisasi akan ada orang yang memutuskan komitmennya atau jadi ‘orang ngilang’. Nah aku tuh illfeelnya sama spesies ‘orang ngilang’ yang mana dia menduduki jabatan tinggi selevel BPH lah atau pengurus inti. Lah gimana ceritanya mas/mbak/gais, kalian udah diberi tanggung jawab dan amanah yang cukup berat dan besar, terus eh tiba-tiba ‘ngilang’ tanpa kabar kayak ditelan siput. Nggak malu apa sama staffnya atau bawahannya. Hadeuh. Kayak gini nih aku kalau ketemu udah bikin illfeel tapi gua simpan. Cuma ya jadinya gimana ya.

Baca: Tentang Tempat Keberpihakanku

Kalau sama ‘orang ngilang’ yang posisinya sih masih biasa atau masih jadi ‘anak buah’ lah ya, aku sih nggak bakal illfeel. Biasa aja.

Spesies jenis kedua yang bikin diriku illfeel adalah manusia yang tidak membalas chat tapi dia update story. Wagelaseh. Piye sih. Kalau chatnya nggak penting dan masalah antar pribadi sih nggak apa-apa dicuekin. Lah ini masalahnya urgent bosku. Penting. Yang di sini nungguin, eh situ malah sibuk update story. Bodo amat situ siapa, entah punya jabatan penting apa, entah seganteng apa, pokok aku illfeel.

Hal serupa pernah sampai buat sepupu aku diputusin pacarnya karena kasus yang sama. Sepupu aku update ig tapi nggak balas chat. Terus mereka putus. Kadang hidup seseimple itu. :v Mungkin karena pacarnya juga punya karakter sama kayak aku. Illfeel sama orang yang kayak gitu.

Kasus illfeel semacam ini baru kemarin aku alami. Sama pejabat kampus tau. Ketua sesuatu. Biasanya aku chat hal yang urgent bagi kita, dia langsung balas fast respon. Nah kemarin aku chat tapi posisi ke-urget-nan isi pesan ada di pihakku. Eh eh dia nggak bales-bales. Oke aku belum illfeel kok. Positif thingking, he is doing something, so he hasn’t checked his phone. Tapi seketika mood berubah waktu aku buka instagram. Dia update di snapgram. Waduh mas maksute piye? Langsung illfeel dan nggak mau lihat snapgram dia.

Sampai malam chat gua masih centang dua. Belum warna biru. Nggak betah, buka ah snapgram dia isinya apa. Ternyata dia lagi nggak di Malang, jadi belum bisa merealisasikan isi pesanku. Oke fix. Tapi ya ngomong lah mas-mas e. Illfeel-ku agak mereda. Sampai ketemua face to face dia ngucapin kata maaf. Karena gua kan pemaaf dan sangat luluh dengan orang yang mau minta maaf. Respect banget aku sama orang yang udah berani ngomong maaf. Langsung ke-illfeel-an sirna. Ya udah aku maafin. Mau gimana lagi kan ya manusia juga punya salah. Oh jadi kamu maafin kalau dia baru minta maaf? Ya enggak gitu sih, tapi hati bener-bener ikhlas mau maafin kalau dengar kata maaf dari orangnya langsung. Bodo amat itu kata maaf ikhlas atau enggak ikhlas. Yang penting dia udah ngucapin kata maaf.

Sebelumnya, aku juga sering illfeel sama mas ini. Masalahnya sama. Bahkan ke-urgent-an isi pesan ini menyangkut beberapa orang. Ceritanya gini, dia mau ambil barang di kosan aku. Karena malam itu hujan, aku pikir dia bakal ambil agak malaman. Kaena barang besok sudah harus dipakai! Aku tungguin kalau sewaktu-waktu mau diambil. Posisi aku juga ngirim pesan ke doi tapi centang dua. Oke lewat jam malam. AKu tinggal bobok lah ya. Terus eh dia chat sekitar jam setengah 12 malam. Ya kagak aku balas lah ya. Kan aku lagi mimpi indah. Aku bangun jam 3 terus aku balas, “Mau diambil waktu subuh jam berapa?”, biar aku bisa siaga kan ya. Eh nggak dibales sampai subuh sudah lewat. Eh yaudah terserah lah. Terus akhirnya diambil jam 6 pagi. Poin illfeelnya tuh dia nggak bales-bales tapi sebenarnya dia buka WA. Karena jauh-jauh sebelum kejadian ini, mas ini ngechat duluan dengan ke-urgent-nan pesan ada di doi. Dia fast respon ngelebihi banget. Pokok tiap yang ke-urgent-nan pesan ada di doi. Dia cepat banget bales chatnya. Aduh bikin illfeel kayak gini. Bodo amat masnya jadi ketua sesuatu, jadi pujaan para maba (kecuali saya) karena ganteng, apalagi masnya dikenal dengan label agamis, sering imam-in solat di mushola. Bodo amat dah. Kalau udah bikin illfeel ya illfeel. Cuma kata maaf langsung dari orangnya yang bisa membuat illfeel aku hilang.

Baca: OSPEK Part I: Romansa Menjelang Ospek

Maba-maba emang banyak yang ketipu sama kating-kating ganteng yang berlabel jabatan pula. Aku mah udah ngira paling mereka juga biasa-biasa aja selayaknya manusia. Menyebalkan wkwkwk. Sudah sering aku nemuin orang kayak gitu. Dulu waktu SMP dan SMA beberapa teman baik di sekolah maupun luar sekolah, teman yang saling kenal dekat (maksudnya udah tau polahannya kayak gimana) terus dia posisi punya jabatan di organisasi, plus tampang ganteng. Wuih adek-adek banyak yang ngefans. Aku sih sebagai temannya bukan cemburu atau apa ya, (mau cemburu gimana orang udah tau aibnya semua wkwk masa mau seneng) wah adik-adik ini belum tau polahan sebenarnya kakak kelasmu dek, kayak apa, wkwk. Ada yang menyebalkan sampai menjijikkan wkwk. Sumpah nggak bohong. Maaf-maaf netizen saya tidak bermaksud membongkar aib, tapi ya saya mau cerita apa adanya wkwk. Lagian kan disini saya juga nggak sebut merk. Wakakaka.

Baca: Pelajar Tingkat Akhir

Hal serupa aku temukan lagi di kampus. Rupanya para pejabat kampus kayak di BEM, EM, DPM, sama aja kok. Sama kayak yang aku ceritain di atas. Ngereceh. Contohnya mas yang pernah ngebuat aku illfeel. Sama mas presiden EM kelihatannya serius, aslinya dia juga punya selera humor receh yang tinggi. Kutau waktu rapat kabinet. Terbongkar kau mas. Wakakaka.

Satu hal yang bener banget sih. Jangan ngeliat orang dari label jabatannya doang, titlenya doang, tampangnya doang. Kelakuannya buat teman sekitarnya ngucap Subhanaallah.. Atau mungkin akunya yang expect too much ya? Hiks.


Yaudah lah Dev. Namanya juga manusia yekan netizen? Pasti ada sisi buruk dan baiknya. Kan manusia tidak ada yang sempurna. yakan?

bye.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Lanjut nih aku mau cerita perkara ospek fakultas dan ospek jurusan. Sebenarnya sih biasa aja sih. Ya kayak gitu.

Baca OSPEK Part II: Maba Rebel

Untuk ospek fakultas di bulan September aku mau skip, karena waktunya bersamaan dengan training organization EM buat staff muda. Jadinya aku nggak persiapan sama sekali, kan mau skip yak. Sebelum ospek, aku harus pulang kampung dulu buat ambil ijazah dan surat penting lainnya di SMA. Singkat banget aku pulang kampung. Jumat pagi berangkat, Sabtu pagi pulang, heleh, pulkam apaan tuh nggak niat banget.

Selama perjalanan di koar-koarin terus tuh di grup line kelompok osfak. Sampai pada akhirnya aku izin mau skip ospek ke advisor. Hasilnya adalah lebih baik ikut ospek daripada ngulang tahun depan. Oke. Biasalah ancaman semacam itu, tapi karena aku ceritain hal ini ke ibu, ya akhirnya aku disuruh buat ospek. 

Hah. Belum apa-apa ini. Tenang. Sehabis mendarat di Malang lagi, aku langsung beli kebutuhan ospek. Sumpah aku nggak niat banget mau ospek. Semua keperluan yang dibawa buat ospek baru aku siapin pagi sebelum berangkat. Sampai pada akhirnya aku telat. Yaudah.

Selain itu juga ada dorongan dari kakak tingkat kalau ospek fakultas diniatin buat mentoringnya. Iya, acara ospek fakultas bulan September pengenalan budi pekerti lewat mentoring. Walaupun cuma sebentar, aku udah seneng menikmati lingkaran-lingkaran penuh keberkahan. Aamiin.

Ospek fakultas Oktober juga sedikit menyenangkan (yang namanya ospek bagiku tidak enak dan tidak menyenangkan), karena ada open house. Gen-Q, ukm yang aku tunggu-tunggu buat daftar. Sekaligus seneng karena ini rangkaian ospek fakultas terakhir. Yeay.

Buat ospek jurusan Oktober aku nggak bisa cerita apa-apa karena aku skip, haha. Untuk osjur November otomatis aku nggak bisa skip, jadi aku bisa cerita. Beberapa ceritanya udah aku ceritain di treaser ospek wkwk. 

Baca: Ospek

Aku langsung cerita dramanya aja yang pernah aku janjiin di postingan November-ku. Jujur, ospek jurusan aku sudah tidak niat sekali. Tapi melihat kondisi yang mana kontribusiku sangat dibutuhkan, okelah. Yuk. Waktu hari-H, drama sukses berjalan. Kesedihan meliputi para maba sastra inggris ini saat drama sudah selesai sedangkan kita tetap harus tinggal sampai menunggu acara dimulai kembali pukul 19.00. Acara puncaknya party-party semacam itulah. Mendatangkan dj. Alhasil pulangnya ya malam, tapi nggak larut malam kayak ospek teknik kok. Aku dari awal udah kebelet kabur aja tapi bingung gimana caranya. Aku chattingan sama beberapa kakak tingkat buat bantuin menemukan ide untuk kabur wkwkwk. Dari selesai drama sampai habis maghrib aku muter otak tapi ide belum kunjung bersahabat. Mendekati pukul 19.00 aku minta salah satu kakak tingkat buat pura-pura jadi saudara. Eh tapi beneran saudara kok kita, kan satu nenek moyang, yaitu nabi Adam. Ehe.

Acara puncak akan dimulai, para maba harus segera ke tempat panggung. Gawat nih buat aku. Aku sama salah satu temen dari tadi sembunyi di ruangan bukan panitia. Yang sembunyi aku, temenku nggak sembunyi, dia cuma mau cari ketenangan buat nulis. Waktu kating udah tiba, aku keluar tuh, beruntung panitian nggak ada yang mengenali diriku. Karena kan aku nggak pakai nametag, pakai baju bebas, acaranya umum jadi siapa saja boleh masuk. Setelah ketemu, aku sama kating bingung gimana caranya ambil tas aku di ruangan, sedangkan ruangan di jaga panitia. Hadeuh rebel deh. Mikir panjang tidak dengan ide-ide yang sangat beresiko. Akhirnya aku berniat ambil dompet sama makan aja terus lari ke kamar mandi yang udah ada kating. Jadi biar barangku dimasukin ke tasnya. Kating udah stay di kamar mandi, aku udah stay di ruangan, tetiba panitia yang jaga tidak terlihat. Kesempatanku buat kabur. Langsung bawa semua barangku dan oh ternyata panitian terlihat dan langsung menganggap aku sakit. Aku iyain aja. Memang sore tadi mag aku kambuh. Dan waktu itu perut aku juga sakit. Tapi kayaknya sakit karena lapar wkwk. Terus aku langsung chatting kating yang di kamar mandi tadi buat jemput di tempat aku nunggu jemputan sama panitia.

Selama menunggu jemputan, aku ditanyain kosnya dimana, sepupunya sekolah dimana. Aku jawab, kos aku di Sukun bareng sama saudara yang kuliah di Polinema. Daaann jemputan tiba, mereka berdua ternyata sebelumnya udah ketemu di kamar mandi. OMG. Panitia ingat juga. Hadeuh kelihatan banget nggak sih ini kayak direncanakan hahaha. Ditambah aku dibonceng tanpa pakai helm. Panitia tanya, “kok nggak pakai helm”. Kating aku jawab, “Iya deket kok di daerah Galunggung”. Whatt beda banget sama jawaban aku tadi yang kos aku di Sukun. Hadeuh. Konyol banget dah, dan terlihat komunikasi yang tidak baik wkwk.

Tapi ya sudahlah... sudah terjadi. Untung aku nggak dicariin, eh nggak tau ya kalau nanti. Semoga tidak. 


Baca juga: OSPEK Part I: Romansa Menjelang Ospek



Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Sebelumnya aku sudah pernah buat treaser tentang Sekolah Kebangsaan Brawijaya di postingan November-ku. Baca dulu ya

Berawal dari kehidupan kampus yang pernah aku ceritakan di postingan ini. Berlatar belakang dengan kondisi tersebut, yang mana aku kesulitan mendapat teman yang NIAT diajak ikut lomba, ikut buat projek, atau partner yang aktif dan tidak apatis. Dari keresahan ini aku cerita ke kakak tingkat, dan dia bilang coba ikut SKB aja nanti. Bakalan dapat teman yang setipe, teman-teman aktif nan hebat nan cerdas.

Benar saja, SKB ini program dari kementerian PSDM EM UB yang hanya dapat diikuti oleh mahasiswa baru yang lolos seleksi. Aku pikir ini spesial, karena ada seleksi ini pastinya teman-teman yang diterima bukan teman-teman yang sembarangan atau main-main dapat nilai 100. #apasih. Dari 500-an yang daftar (kalau enggak salah), yang lolos 170-an anak. Seleksinya berupa nulis essay yang isinya rancangan projek sosial dan screening. Aku nargetin harus bisa lolos karena ini kesempatan berharga buat dapat teman. Ya walaupun ada ragu-ragu dan khawatir enggak diterima soalnya takut diberi pertanyaan seputar prolematika negeri dan solusi yang aku berikan takut tidak memuaskan. Alhamdulilahnya aku lolos kok gais. Kalau tidak lolos kan tidak bisa buat cerita ini hehe.

Jadi skb semacam program peningkatan skill mahasiswa baru dalam hal kepemimpinan, organisasi, atau intinya agar mahasiswa ini peka terhadap lingkungannya sehingga nggak apatis. Aktif, bukan pasif. Gitu sih nangkepnya aku wkwk.

Sekolah Kebangsaan ini dibagi dalam 4 kelas, kelas Politik-Hukum, kelas Ekonomi, kelas Lingkungan Hidup, dan kelas Sosial-Budaya. Meskipun aku dari fakultas yang berbau budaya, etapi aku nggak bakat nih di sosbud. Jadi aku ambil kelas Pol-Hum.

Program ini dilaksanakan dengan bermalam di Villa Panderman Batu selama tiga hari dua malam. Tentunya selama di Batu kita dicekokin banyak pengajaran. Mulai hari Sabtu di serangkaian materi amazing dari empat bidang kelas dibawakan oleh pemateri yang WOW pula. Sayangnya aku nggak ikut materi sabtu pagi sampai sore karena aku ikut acara Advokesma. 


Kemudian dilanjut diskusi umum aku menyebutnya. Kita diberi topik masalah lalu setiap peserta bisa mengekspresikan pendapatnya di muka publik. Jadi didengar oleh panitia dan teman-teman yang lain. Dari diskusi umum itu yang bertema tentang perpolitikan dan pemilu, lanjut ke praktik pemilu. Dengan dibagi partai-partai, kita belajar bagaimana berkoalisi tanpa rugi, mengajukan calon ke lembaga apa saja. Buat kelompok aku sulit banget nentuin karena waktu yang singkat pula. Di sisi lain aku datang sore sehabis bounding dan mag aku kambuh tapi aku tahan. Kepala sama perut posisi sangat tidak enak, tapi otak juga disuruh berpikir buat mensukseskan praktik pemilu ini. Iya tanpa diduga aku terpilih jadi ketua DPR versi SKB bukan beneran yaaa.

Setelah uji coba pemilu membuahkan para pejabat-pejabat #asik, lanjut pentas seni. Sama. Kelompok aku ribet mau nampilin apa. Aku juga bingung mau ngapain pentas seni nanti. Tidak ada ide yang bersahabat. Akhirnya dengan tema #seberapagregetlo yang abal-abal, kita bisa menampilakan pensi yanggg..... begitulah. Di akhir pensi itu ada penampilan visi misi dari calon ketua SKB dan pemilihan.

Besok minggunya game. Yeay seru deh. Terus materi (lagi). Terakhir yang asik nih, simulasi aksi. Kita belajar bagaimana aksi. Ini nih menurutku yang paling seru. Kita demo ke pantia di depan villa gitu wkwk. Teman-teman aku hebat semua deh. Aksi bisa begitu ricuh dan semacam aksi beneran wkwk.

Ya gitu deh acara SKB.

Ada sedikit cerita lucu waktu sesi diskusi. Karena ternyata teman-teman forum diskusi aku dari kelas Pol-Hum bocah-bocahnya itu-itu aja. Maksudnya, teman-teman syuro’ lah bisa disebut wkwk. Terus ada teman cowok aku yang keceplosan ngomong “Coba akhwatnya”. Heh. Akhwat? Wkwkwk. Terus ada yang godain “Apa? Akhwat?”. Ngakak aku kalau ingat. Ada juga nih yang keceplosan, “Kalau menurut ane...”. Ane? Wkwk kebiasaan di ketemua sama orang-orang ini lagi ini lagi (waktu syuro’) ya haha. Alhasil ucapannya jadi satu frekuensi juga. Padahal di lingkaran diskusi itu ada teman-teman yang lain, ada mentor. Sumpah kalau ingat aku mesti ketawa sendiri. Hadeuh.     

Bisa dibilang SKB ini semacam UISDP-nya UI wkwk apaan tuh? Kenapa bisa nyangkut ke UI wkwk. Dulu aku pernah tanya ke teman aku alumni UI tentang bagaimana mendapat teman yang mau diajak gerak. Jawaban dia semacam ini lah:

UI Student Develooment Program (UISDP), dia itu kayak program pengembangan diri tingkat UI gitu. Pake seleksi, cuma buat 40 mahasiswa se-univ. Dari sana lah segala keambianku zaman kuliah dimulai wkwk. Karena UISDP menargetkan pesertanya utk punya sesuatu tiap bulan, misal tulisan yg dimuat di koran, menang lomba, dll. Teman2 UISDP-ku yang selanjutnya banyak jadi temenku ikut lomba-lomba, ikut conference di luar, dll. Mungkin kalau aku nggak ikut UISDP, aku nggak punya banyak pengalaman jaman kuliah.

Lagi2 kuncinya, kalau ada kegiatan bermanfaat, ikutin aja. Nggak akan rugi InsyaAllah.
Awalnya, pas UISDP itu kita disuruh bikin project sosial. Terus timku bikin Kampung Banana. Darisana sering ketemu temen lintas fakultas utk meeting Kampung Banana. Terus Kampung Banana diikutin lomba unilever, kita meeting lagi. Darisana mulai ngerasa cocok, akhirnya ikut lomba dari Marketeers, terus ikut MIYD di Melaka, gitu terus. Orang orangnya mah dia dia lagi

Kapan nih alumni SKB 2018 bisa kayak gini? Aku tuh pengen taukkk. Kuy.


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Bagiku ‘tempat keberpihakkanku’ selalu ada yang menarik. Mungkin bukan aku saja, beberapa orang yang belum (berani) memutuskan keberpihakannya, salah beberapa orang dari mereka bercerita kepadaku, mereka secara tidak langsung berpihak dan mau membantu (dalam menghadapi bulan suci) karena ‘tempat keberpihakkanku’ selalu punya cara yang unik di setiap langkah perjuangan.

[Peringatan: Tulisan ini mungkin sedikit fanatik eh atau banyak. Yaudahlah. Terserah yang punya blog]

“Karena strateginya unik dalam kampanye,” katanya.

Namun sayang juga, beberapa atau tidak sedikit pula orang-orang yang (sempat berani) menyatakan keberpihakannya di ‘tempat keberpihakkanku’ mengundurkan diri. Semoga suatu saat Allah menggerakkan hatinya untuk kembali berjuang bersama teman-teman (di ‘tempat keberpihakkanku’) yang selalu siap untuk menyambut mereka.
  
Ah masa. Nggak juga. Unik bagaimana? Semuanya tuh sama aja. Gila kekuasaan. Pengen kekuasaan. Pencitraan tok!

Mungkin sekilas begitu pandangan orang awam. Tapi bagiku, orang-orang di ‘tempat keberpihakkanku’ mereka nggak setengah-setengah dalam berjuang. Segala ikhtiar kebaikan dilakukan. Memaksimalkan kampanye darat dan kampanye udara.

Baca: Kontestasi Politik Kampus

Inilah sebenarnya yang membuatku menarik dan percaya bahwa ini ‘tempat keberpihakkanku’ terbaikku. Selalu melibatkan Allah di setiap kondisi apapun. Sukak deh.



Yang paling menyentuh adalah, tentang mendoakan saudara, bahkan sebut nama satu-satu dalam doa (kalau bisa).

Saat aku ikut Dauroh Quran, first time for me, yang mengharuskan untuk mabit. Mbak Zahra-wapres EM saat itu yang ikut juga, dia menyimpulkan hikmah dari kisah yang aku ceritakan pada mereka (yang mana aku belum menyimpulkan hikmah sampai pada titik simpulan yang berkesan itu, menurutku). Bahwa mungkin saja, maba cupu nan polos sampai berani menyatakan keberpihakkannya pada ‘tempat keberpihakkanku’ ini karena doa-doa dari orang-orang yang ada di ‘tempat keberpihakkanku’ yang sering menembus langit.

Mungkin saja, orang-orang yang belum merasakan ini sebagai tempatnya, itu sebab doa-doa kita kurang kenceng buat nembus langit, makanya belum bisa sampai ke hati mereka. Oleh sebabnya, di ‘tempat keberpihakkanku’ kami selalu ditekankan untuk terus berusaha istiqomah dan meningkatkan amal yaumi. Bahkan sebelum ketemu, sebelum syuro’, tiket masuk untuk bergabung dan hadir adalah tagetan amal yaumi. Inilah yang membuatku tak luput dari kata Masya Allah.

Hal ini menjadi pelajaranku dan evaluasi mengapa dulu banyak teman-temanku yang perlahan pasif liqo, pasif dakwah. Sedih kan aku. Karena apa? Karena aku lupa sebut mereka dalam doaku, karena amal yaumiku sangat jauh dari kata istiqomah, karena aku kurang kenceng doanya sehingga nggak sampai ke hati teman-teman. Inilah yang paling menarik dan berkesan sampai sekarang menurutku.   

Selalu melibatkan Allah di setiap kondisi apapun. Tentang ini lagi. Saat awal pengumuman calon dari ‘tempat keberpihakkanku’, aku terkejut dan bergumam sendiri. Kok ini? Kenapa? Maaf ya tsiqoh-ku masih kurang banget, jadinya gini banget, padahal kan nggak boleh hehe.

Usut punya usut, setelah aku telusuri. Amanah bukan hanya tentang seorang pemimpin yang berkompeten, bukan hanya tentang self branding yang bagus, bukan hanya pemimpin yang dikagumi banyak orang, bukan cuma yang akhlak atau sikapnya baik, hubungan dengan rakyat baik, jaringan pertemanan luas, bukan cuma perihal itu gais. Tapi hubungan sang pengemban amanah dengan Sang Pemberi Amanah tersebut. Sudah seberapa dekat? Bagaimana kabar imannya? Bagaimana amal yauminya? Seberapa istiqomahnya?

Karena aku yakin, bukan dakwah yang mengatur diri kita, bukan waktu yang mengatur diri kita, tapi amal yaumi yang mengatur diri kita dengan sendirinya, yang kemudian mengatur dakwah kita, baru mengatur waktu kita dengan sendirinya, tanpa kita harus pusing untuk mengatur segalanya.

Pokoknya aku bersyukur di ‘tempat keberpihakkanku’. Doakan istiqomah ya, dan semoga niatnya selalu diluruskan. Aamiin.

Baca: Jangan berputus asa dari rahmat Allah


Mungkin kalian mau baca ceritaku yang nggak boleh ditinggalin dong update kehidupanku ehehe

Rugi = Biaya Sekolah

Nih yang bikin ngakak jadi budak korporat haha: FEBRUARI-KU KAYAK LARI MARATON: KERJA, KULIAH, MAGANG, DAN (NYAMBI) USAHA

WAGELASEH, Tahun 2020 menjadi tahun yang ngena karena aku banyak beraktivitas di rumah jadi super produktip juga dong. RECAP 2020

Bertumbuh

Me Time

Jangan pelit sama diri sendiri woy! Investasi Leher Ke Atas
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About Me

About Me
Hallo, I'm Devanda! Seorang pelajar absurd yang nyasar di platform digital bernama blog dan suka ngoceh random dalam bentuk tulisan. Yuk kepoin blog aku dan berteman, berdiskusi bersama lewat dm ig: @pandamonokurobo atau drop ur email on devancpn30@gmail.com [Klik gambar selengkapnya]

Klik Follow dong biar seneng

Blogger Perempuan

Follow Sosmedku dongs

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

Postingan Populer

  • Me Time
    Salah satu hikmah yang saya ambil saat saya sedang sakit di bulan November 2019 adalah tentang me time. Selama saya sakit kan goler-go...
  • OSPEK Part II: Maba Rebel
    Hari kedua ospek di bulan Agustus di usung oleh fakultas. Yaaaa ospeknya begitulah. Aku jarang main-main sama temen sejurusan waktu sebe...
  • Tentang ‘tempat keberpihakkanku’
    Bagiku ‘tempat keberpihakkanku’ selalu ada yang menarik. Mungkin bukan aku saja, beberapa orang yang belum (berani) memutuskan kebe...

Blog Archive

  • ►  2022 (1)
    • ►  January 2022 (1)
  • ►  2021 (41)
    • ►  November 2021 (5)
    • ►  September 2021 (2)
    • ►  August 2021 (1)
    • ►  July 2021 (1)
    • ►  May 2021 (25)
    • ►  April 2021 (5)
    • ►  March 2021 (1)
    • ►  January 2021 (1)
  • ►  2020 (75)
    • ►  October 2020 (2)
    • ►  August 2020 (6)
    • ►  June 2020 (1)
    • ►  May 2020 (19)
    • ►  April 2020 (15)
    • ►  March 2020 (2)
    • ►  February 2020 (3)
    • ►  January 2020 (27)
  • ►  2019 (19)
    • ►  August 2019 (1)
    • ►  July 2019 (1)
    • ►  June 2019 (2)
    • ►  May 2019 (1)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  March 2019 (1)
    • ►  February 2019 (1)
    • ►  January 2019 (11)
  • ▼  2018 (35)
    • ▼  December 2018 (15)
      • LPJ singkat (evaluasi) tahun 2018
      • To myself
      • Problem Organisator
      • Rentang Kisah versi pelajar tingkat akhir
      • Why I do Blogging?
      • HE.. Mana Blognya?
      • ILLFEEL
      • Ospek Part III: Kabur
      • Sekolah Kebangsaan Brawijaya 2018
      • Tentang ‘tempat keberpihakkanku’
      • OSPEK Part II: Maba Rebel
      • Kontestasi Politik Kampus
      • OSPEK Part I: Romansa Menjelang Ospek
      • OSPEK
      • November-ku
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  October 2018 (2)
    • ►  September 2018 (1)
    • ►  August 2018 (4)
    • ►  July 2018 (8)
    • ►  May 2018 (1)
    • ►  April 2018 (3)
  • ►  2017 (3)
    • ►  December 2017 (2)
    • ►  November 2017 (1)

Categories

  • #30daysBPN
  • cerita receh
  • Curhat
  • Event
  • life
  • Makanan
  • Opini
  • parenting
  • review
  • Sejarah
  • semester 1

Kenalan dulu dong

Devanda C.P.N
View my complete profile

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates