Rentang Kisah versi pelajar tingkat akhir
Setelah saya
tulis tentang Pelajar Tingkat Akhir, lagi-lagi saya mau nulis perkara yang ada
di kalangan siswa kelas dua belas. Perihal memilih jurusan menjadi topik hangat
di siswa SMA tingkat akhir. Akan banyak perdebatan dalam menentukan pilihan
jurusan, terlebih jika kita punya orang tua yang overwish atau punya harapan besar si anak bisa masuk pada jurusan
yang mereka inginkan. Ya kita jadi anak bingung-sedih lah ya. Maunya membuat
mereka bahagia dengan kita bisa bersekolah di jurusan yang mereka inginkan tapi
kita-nya yang nggak sreg, nggak seneng. Memang kita mampu dan bisa, tapi nggak
cinta. Akibatnya kita ngejalaninya penuh paksaan dan tekanan.
Nggak jarang
juga orang tua memaksa anaknya agar memilih
sekolah ikatan dinas karena kepastian hidup yang terjamin. Padahal hidup itu
penuh ketidakpastian dan yang menjamin hidup kita hanya Allah. Memang sekolah
ikatan dinas sangat menarik perhatian banyak siswa, bahkan sampai anak SMP pun
sudah punya target bisa masuk ikatan dinas. Iya.. saya korbannya, haha. Jadi
kelas dua SMP saya udah punya target buat masuk STAN atau IPDN. Saya tulis itu
didaftar wishlist saya (masa itu
saya masih jadi seorang planner),
lolos IPDN, haha ngakak sendiri kalau keinget. Emang dasarnya anak SMP, lihat
kepastian dan kenyamanan yang diberikan IPDN bener-bener menggiurkan. Siapa
coba yang nggak mau sekolahnya gratis, sarana dan prasarana nyaman sekali,
biaya hidup gratis, dapat uang saku, dan segalanya gratis tanpa
membayar dan yang paling penting langsung kerja, nah lo mau nolak? Haha itu
pemikiranku waktu masih SMP.
Kemudian,
menginjak kelas satu SMA saya mengganti target sekolah menjadi STAN. Dengan
alasan boleh memakai kacamata, kalau IPDN kan nggak boleh berkacamata,
sedangkan kondisi mata saya pake kacamata. Nggak tanggung-tanggung saya
memasang target langsung D1 Kebendaharaan Negara dan juga bikin mind map hidup
saya setelah lulus, hahaha random banget tau nggak sih (Iya. Dulu saya anaknya planning banget). Saya nulis ini sambil inget-inget jadi senyum-senyum sendiri, seriously wkwk.
Dan hal ini sih yang ngebuat saya jadi nggak begitu optimal dalam pelajaran
sehari-hari. Saya selalu meremehkan dengan berkata "saya kan pilih STAN
jadi prioritaskan belajar buat tes STAN". Nggak baik ya temen-temen,
jangan dicontoh. Tapi untungnya nilai saya nggak jelek-jelek amat sih, cuma ada
dua yang dapet C, itupun nilai keterampilan.
Lambat laun saya terjun ke dunia baru yang membuat saya lupa akan mimpi di
STAN (haha punya impian kok jadi PNS, dasar orang Indonesia. Tapi itu realita
kehidupan gais). Saya lupa sebab disibukkan
oleh organisasi Lembaga Dakwah Sekolah di luar sekolah. Sebelumnya sempet ikut
Kelas Motivasi. Lalu seiring berjalannya waktu, berjalannya proses belajar,
ketemu banyak orang-orang hebat di Nganjuk yang membuat pemikiranku semakin
terbuka luas dan tidak sesempit menjadi PNS, haha. Saya mulai meninggalkan,
menghapus, dan mengganti mimpiku tidak lagi melanjutkan sekolah berlabel ikatan
dinas. Terlepas dari perihal agama, memang ada alasan khusus saya tidak mau
sekolah berlabel ikatan dinas. Saya juga mikir jikalau saya diterima D1 STAN berarti saya langsung kerja di
tempatkan di luar Jawa, kerja seperti pegawai biasanya dari jam 8 sampai jam 5
sore, ya kapan saya nikmatin masa muda saya coy. Oke bener saya udah PNS, dapat
gaji sendiri, sudah nggak minta orang tua, bisa beli apa yang saya mau, tapi rasanya saya kehilangan masa muda. Nggak juga tuh Dev. Ya gimana ya. Itu bukan
tipe saya banget wkwk. Kalian yang udah mengenal saya pasti tau mana yang tipe
Devanda banget. Haha. Nggak bisa merasakan bingungnya ngurusin
proposal yang nggak di acc rektor, gimana laparnya jadi anak kos, gimana
susahnya hidup mandiri di tanah rantau pake pesangon orang tua, gimana
menghadapi berbagai idealisme-idealisme di kampus. Menurutku akan ada banya
pengalaman yang terlewatkan begitu saja kalau kita nggak ngerasain kehidupan kampus bukan ikatan dinas. Hello ikatan dinas juga banyak idealisme-idealisme kok. Iya memang. Tapi
ya gimana ya wkwk ini opini
dan pilihan saya. Saya juga menghargai temen-temen yang berjuang masuk ikatan
dinas dengan pandangan berbeda. Ya silahkan saja dan jangan berputus asa akan
impian yang telah kalian pilih, karena pandangan tiap orang beda-beda.
“Buat
kalian, dimana pun sekolah atau tempat menuntut ilmu kalian, Semangat kalian
semua...Kalian tetap baik kok dan jangan lupa menebar benih kebaikan dimana pun
kalian berada.”
Perjalanan
memilih jurusan setelah transisi pilihan dari ikatan dinas ke sekolah negeri
pun panjang. Nggak langsung menentukan. Perasaan bimbang, bingung, khawatir
juga sudah saya rasakan dalam memilih jurusan sama kayak anak kelas 12 pada umumnya lah. Poin kebingungan kita
dalam memilih jurusan adalah kekhawatiran kita akan masa depan yang masih samar-samar.
Yaiya siapa juga yang tau masa depan. Kita bingung karena kita takut akan nasib
kita di masa depan. Itu yang saya pelajari selama saya dan teman-teman riwuh dalam memilih
jurusan. Orang sekarang aja saya udah dipilihkan Allah di Sastra Inggris aja
masih ada rasa keraguan. Bener nggak nih, yakin nggak nih hatiku mantep, bisa
nggak nih. Ya semua itu terjadi karena memang watak manusia yang khawatir akan
masa depan sebab masa depan penuh dengan ketidakpastian.
Dari awal saya mengenal jurusan-jurusan
bangku perkuliahan, list jurusan saintek rasanya kok nggak ada yang tertarik
kecuali FK (ehehe). Iya saya dulu sempat pengen Kedokteran. Tentu saya ada
alasan kenapa saya pilih jurusan itu. Tapi saya mikir lagi, iya emang doyan
mikir dulu ehehe, sepertinya prioritas hidup saya di kampus bukan hanya
menuntut ilmu di bangku kelas. Taulah
kalian gimana tipe saya hehe. Saya mikir (lagi), masa kuliah cuma praktek,
ngerjain laprak, nge-lab, belajar, ngurusin badan manusia. Hehe. Membosankan
sekali (menurut saya lho). Terus kalau gitu saya nggak tau kabar kampus saya.
Ada apa dengan birokrat, ada apa sama pemerintahan. Kan mahasiswa (katanya)
monitor utama dalam pengawasan pemerintahan. Wah saya nggak expect deh di FK kayaknya. Walaupun
kemungkinan saya mampu. Bisa kok kamu
tetap berkontribusi walaupun jurusan FK. Iya saya tau, cuma tipe kontribusi
saya ya... kalian tau lah yang udah mengenal saya hehe.
Sedangkan list jurusan soshum, banyak yang
membuat diri ini tertarik. Mulai dari HI, Hukum, Kriminologi, Sastra Inggris,
Ilmu Komunikasi, dan Psikologi. Haha banyak banget. Semester awal kelas 12 saya
pengen HI/Hukum UI. Terus nggak jadi hehe. Pengennya FK sebelum saya berpikir
seperti di atas. Sampai 14 Februari saya memutuskan langsung memantapkan
pilihan di soshum. Saya kerucutkan, sampai saya pengen masuk psikologi. Dengan
alasan, saya tertarik untuk mengulas dunia perkembangan anak atau psikologi
anak sebagai bekal ilmu parenting #asik. Tertarik
juga dengan hal psikologi semacam kepribadian atau personality. Iya jaman saya SMA sering teman-teman tanya ke saya
terkait tipe-tipe kepribadian mulai dari MBTI, sampai membedah (fi)-nya
bagaimana, dst. Tertarik juga untuk mempelajari psikologi orang-orang yang
berusaha untuk mengakhiri hidupnya, orang-orang penderita selfharm, dan yang paling saya kepoin perihal syaraf-syaraf otak
yang bisa menimbulkan perilaku-perilaku kita. Bukannya masuk ke dokter spesialis syaraf ya? Intinya kek gitu lah
ahaaha.
Pengumuman lolos SNMPTN akhirnya
diproklamasikan. Alhamdulilah saya lolos walaupun diurutan tengah-tengah haha.
Udah deh. Mulai bingung. Mau ambil psikologi UB, nggak bisa. Sebab UB hanya
menerima pelajar ips yang mendaftar melalui SNMPTN. Orang tua mintanya saya
di UB, nggak boleh di UI. Hadeuh. Akhirnya hasil salat minta petunjuk ke Allah,
hasil kemantapan hati, dan tentu hasil pilihan ibu, saya diminta memilih Sastra
Inggris UB. Walhasil saya pun diterima. Ya... dengan hati yang belum mantep sih
sebenarnya haha. Ada keraguan juga... hmmm
Yaudah akhirnya saya di jurusan ini dengan
segala keterkejutan, realita, dan drama wkwk. Semua itu bakal saya sharing agar
teman-teman terkhusus adik kelas lebih teliti dalam memikirkan dan memantapkan
memilih jurusan.
Saya juga mau cerita hikmah dibalik ini
semua. Yang mana ini hasil pemikiran dan perenungan saya beberapa hari ini.
Stay tune bray.
0 komentar