OSPEK Part I: Romansa Menjelang Ospek

by - December 03, 2018




Aku mau nepatin janji terkait lanjutan postingan Ospek. Harus baca dulu postingan sebelumnya, biar tau alurnya. ehe. 

Nah nah ada sedikit drama romantis nih di ospek aku wkwk. Bukan bermaksud aku baper ya, cuman ya biar tulisan ini ada dramanya lah wkwk.

Jadi hari pertama ospek raja brawijaya tuh dengan serangkaian yang memukau, mendatangkan ibu Menteri Susi, Dokter Gamal (haduh favorit aku), iringan suara korlap yang minta kaki ini mempercepat langkah tapi kagak boleh lari (maksudnya apa?), sampai drama percintaan antara maba dengan panitia ospek. Ya ampun. Kadang tuh aku heran waktu denger cerita temen-temen kalau nggak sedikit maba yang simpenan nomor sama panitia, panitia yang sksd, bahkan sampai jadian, padahal ya baru kenal, heran gua.

Gini ceritanya dramaku waktu ospek. Hari pertama ospek raja brawijaya pulang sekitar jam setengah empat sore. Karena kos aku jaraknya jauh dari kampus dan memakan waktu yang lama, belum kalau macet, daripada kehabisan waktu ashar aku maunya salat ashar di UB aja deh. Aku keluar dulu lewat gerbang sambil mendengarkan korlap-korlap berkumandang “Dipercepat langkahnya”, “Jangan lari!!”, “Jangan menerima brosur apapun”, “Langsung pulang” “Pandangan lurus ke depan”, “Jangan tolah-toleh” (Iya-iya tau biar nggak ada kontak mata sama panitia ganteng kan. pfft). Aku mendarat di gerbang Panjaitan biar deket jalannya ke masjid raden patah.

Singkatnya aku udah salat ashar, sambil nunggu jemputan aku ngobrol dengan salah satu pegawai di rektorat di dalam masjid. Sampai pukul 5 lebih mau maghrib kalau nggak salah, aku baru dijemput sama sepupu aku. Berangkatlah aku dari dalam masjid menuju gerbang veteran. Eh baru keluar dari masjid aku disamperin nih sama mas-mas baju kuning (iyalah, seragam panitia raja brawijaya kan kuning warnanya). Terus tiba-tiba ditanyain mau kemana dan berniat buat dianterin ke gerbang. Eh ada apa ini. Apakah SOP-nya begini. Aku nggak mau ge-er lah ya dan nggak mau dianggap yang aneh-aneh sama kakak tingkat, makanya aku nolak. “Gausah mas, gausah, makasih”. Etapi masnya ngotot. Oke aku berprasangka kalau ini emang SOP-nya.

'Cus aku jalan sama si mas ini. Terus aku nanyak, emang ini SOP-nya. “Apakah maba harus dianterin sampai gerbang?” Masnya jawab, “karena di sini maba masih jadi tanggung jawab panitia, takut kalau ada hal-hal yang nggak diinginkan terjadi, terus disini kan juga banyak wartawan, dek”. Terus ya obrolan kita biasa aja, basa basi, kayak orang kenalan gitulah. Aku nggak nanya aneh-aneh kayak: sosmednya apa mas, nomornya berapa mas, boleh minta nomor buat tanya-tanya nggak mas. Halah modus tuh. Hello aku bukan bucin juga tauk.

Bahkan aku sekarang aja lupa nama masnya. Maaf ya.. serius aku lupa siapa nama masnya wkwk. Waktu jalan itu duh perasaan aku nggak nyaman dilihat orang banyak. Maba dengan seragam putih-hitam jalan sama kakak tingkat. Aduh apa kata orang. Untung jalanku sama masnya cepet-cepet jadi cepet sampai gerbang. Eh waktu udah sampai gerbang, aku bilang, “udah sampai sini aja ya mas, makasih”. Dan kalian tau apa yang terjadi, masnya mau anterin sampai ke jemputan aku. Oke aku berusaha meminimalisir pikiran kege-eran dan kebaperan.

Sepupu aku yang tau kalau background aku yang selalu acuh sama hal yang berbau hubungan percintaan atau apalah sama laki-laki, dan tetiba hari pertama ospek aku udah dianterin sama cowok. Waduhh. Bener aja, dia berprasangka buruk ke aku, berpikiran yang enggak-enggak, dan ngomong yang enggak-enggak. Untung aku bisa meminimalisir keadaan dan kege-eran serta kebaperan, wkwk.

Dan sekarang aku lupa namanya siapa masnya dan sampai sekarang nggak pernah ketemu wkwk. Tenang aku nggak baper kok, cuma biar mendramatisasi tulisan ini hahahahahhahahaha...............

You May Also Like

0 komentar