Problem Organisator

by - December 29, 2018

Memang saya sempat bilang illfeel dengan pejabat organisasi yang tiba-tiba ngelempar amanah seenaknya alias ‘ngilang’ gitu aja nggak ada kabar. Tapi pembicaraan online di siang bolong dengan kakak tingkat membuat saya jadi mikir. Hmm mikir lagi, mikir lagi...

Perihal memahami orang lain. Belajar dari menteri saya di Eksekutif bahwa kita nggak bisa seenaknya menjustifikasi orang tanpa memahami keadaan mereka. Orang yang memutuskan komitmennya di tengah jalan alias jadi ‘orang ngilang’ di dunia keorganisasian, mereka pasti memiliki alasan tertentu untuk mengambil keputusan itu. Mungkin aja ada kondisi di mana ada yang lebih prioritas. Mungkin aja di tempat dia ‘ngilang’ dia nggak nyaman dan lebih nyaman di tempat lain. Dia yang jadi ‘ngilang’ bukan berarti dirinya nggak aktif juga di tempat orang lain. Mungkin dia lebih memprioritaskan di tempat lain, sehingga di tempat satunya dia ‘ngilang’. Dan satu lagi, seberapa sering kita bertanya kabar ke doi sehingga kita tau keadaan doi yang nyebabin dia nggak nyaman terus ngilang.

Apa kita langsung menyalahkan dan menjustifikasi kepada mereka yang ‘ngilang’ dengan persepsi-persepsi negatif tanpa tau kondisi mereka. Lha wong tanya kabar aja jarang, gitu kok mau persaudaraan atau ukhuwah terbentuk. Jangan-jangan ukhuwahnya sebatas proker?

Sama.

Buat kalian yang ‘ngilang’ juga (kalau bisa) bilang-ngomong biar mereka-mereka juga paham dan ngertiin kalian, syukur juga bisa bantuin kalian yang punya problem.

Buat yang nggak nyaman coba merangkul yang lain biar menemukan satu kenyamanan. Buat yang aktif juga ngerangkul mereka yang nggak nyaman. Semua bakal ketemu di tengah dan terjalin komunikasi yang baek. Jangan ketemu di pinggir atau di tepi. Jangan salah satu aja yang berusaha menggait, nggak bakal ketemu nanti.

Tapi beda cerita kalau ternyata doi udah males. Ehehe.

Etapi juga ada sih saya udah ngomong kondisi saya, tetapi mereka nggak mau tau dan nggak berusaha memahami saya. Kesel kan saya. Padahal bener-bener ada hal yang lebih prioritas dan saya udah ngomong.


Jangan menzalimi!

Terus saya juga mau ngomong. Komitmen yang kalian buat ikut organisasi itu harus dijaga. Ingat itu amanah. Apa kalian yang ilang tanpa kabar nggak mikir kalau misal kalian ngilang itu sama kayak zalimin yang lain. Maaf kalau saya ngomongnya nge-gas.

Kalau ada banyak amanah ya.. kalian pasti udah tau managemen prioritas lah. Saya yakin kalian itu udah jadi MAHA-siswa, pasti udah ngerti mana yang lebih urgent, dan mana yang bisa ditunda ke-urgent-annya. Karena semua amanah itu urgent dan penting, Cuma pengaturan waktunya aja. Ingat tujuan awal kalian ngambil komitmen itu.

Makanya saya nggak ikut banyak organisasi. Pengen sih ikut ini-itu, tapi saya sadar kemampuan saya, dan takut ambil resiko, yaa hubungannya sama lpj di akhirat soalnya. Sebab nanti kalau keteteran bisa memengaruhi persoal branding kita. Jadinya kepercayaan orang lain kepada kita menurun. Akhirnya saya lebih seleksi dalam memilih organisasi. Saya tanya diri saya, niatnya apa kalau mau join ini-itu. Yang pasti niatnya biar komitmen tetap istiqomah. Untuk kepanitian, saya kurang suka, karena saya bukan tipe event organizer, tapi aktifis pergerakan.

Well, ini nih organisasi yang saya ikutin selama satu semester jadi MABA.
  • Eksekutif Mahasiswa 2018 di Kementerian Advokesma (BEM UB tingkat univ)
  •  Rohis Fsayaltas (Gen-Q)
  • ‘tempatkeberpihakkanku’
  • Faktabahasa Malang




Fotonya menyusul yaw, karena saya sedang bertarung dengan lemotnya koneksi. pfftt


You May Also Like

0 komentar