Allah Memberi Sesuai Kebutuhan Kita, Bukan Keinginan Bagian 2

by - November 06, 2021

 Melanjutkan postingan Allah Memberi Sesuai Kebutuhan Kita, Bukan Keinginan Bagian 1 yang sudah kelar sekali menulis, tapi aku nggak ndang upload soalnya berdalih sok sibuk wkwk. Buat yang kepo kesibukanku, kalian bisa baca tulisan ini.

3. Usaha Konveksi

Awal tahun 2020, aku memulai usaha konveksi bersama teman-temanku. Meskipun ending-nya sebagai side hustle tapi untungnya lumayan bisa bayar ukt sekarang haha. Tahun 2020 kami telah berusaha menawarkan ke penjuru negeri UB. Namun, adanya pandemi dadakan kayak tahu bulat, semuanya menyesuaikan dan adaptasi, lebih-lebih sih kaget ya.


Tahun 2020, cuma nyantol satu klien yang dikontak temanku. Tapi jumlahnya lumayan besar. Menawarkannya bulan Februari, deal-nya bulan Juli. Lama banget kan? Dibilang nih orang-orang masih kaget sama pandemi. Nggak apa-apa, toh mereka pesan jumlahnya banyak lho.


Akhirnya, pesanan pertama selesai. Aku tahu kami berjalan sangat lambat, tapi mari menikmati prosesnya. Setelah pesanan ini selesai, tiba-tiba temanku satunya bilang ada temannya yang pesan. Hal ini terjadi serupa, dia menawarkan ke temannya bulan Februari, deal-nya baru bulan November haha. Kemudian aku berpikir, oh bisnis itu seperti ini ya sedikit demi sedikit. Allah memberikan sesuai dengan porsi kemampuan kita. Bayangkan kalau mereka pesan bersamaan, kita pasti bakal ribet. Nah ini Allah Maha Baik! Setelah pesanan pertama selesai. Belum ada sebulan, pesanan masuk. Masya Allah. 


Bisnis ini berlanjut di awal tahun 2021, aku nggak mau ketinggalan seperti bulan 2020 dimana banyak lembaga menolak karena mereka terlanjur pesan. Aku dan temanku langsung mengincar target pasar yang berpotensi. Ya hasilnya banyak penolakan haha. Namanya juga nawarin, modal ngontak doang, kalau nggak jadi yaudah. Setidaknya dari 10 yang kita kontak, ada yang berhasil nyantol satu, ya kan?


Alhamdulilah, 2021 rezeki kami berlimpah. Banyak pesanan. Tapi ya bertahap. Lagi-lagi semua perlu kesabaran. Pesanan satu selesai, datang lagi pesanan berikutnya, dan seterusnya hingga saat ini. Alhamdulilah.


Lantas kemudian aku berpikir, semakin kesini, aku sama temanku semakin ahli dan paham dunia pertekstilan wkwkwk. Dulu pas awal-awal kita buta banget, nol ga ngerti apa-apa. Sekarang sedikit demi sedikit tahu. Ohhh jadi Allah itu memberikan kita sesuatu sesuai kebutuhan lagi dan lagi. Awal berdirinya, kita masih bingung, belum mengenal, nanti kalau banyak yang pesan bisa jadi kita repot wkwk. Sekarang banyak pesanan bertahap, kita semakin tahu dunia kain dan konveksi. Jadi cara bekerjanya begitu rupanya.

4. Usaha Cetakuy

Ya siapa circle-ku yang nggak kenal sama cetakuy? Namanya yang bagus ya, yaiya aku yang memberi nama hehe. Kan aku anaknya kreatif wkwk. Cetakuy merupakan bisnis print online dan percetakan. Hei! Aku jadi ingat kalau aku ingin membuat bisnis percetakan sekarang kayak notebook dll. Kenapa aku tidak memanfaatkan akun cetakuy ya? Wah menulis saja aku bisa mendapatkan secuil ide lho wkwkwk.


Nah Alhamdulilah bisnis ini berjalan. Nama kita mulai dikenal. Apalagi mahasiswa butuh jasa print dan mereka biasanya mager kan? Hehe. Ya namanya bisnis pasti ada masalah. Masalah kita waktu itu yakni kemampuan printer dan bahan bakar print-ku yang besar membuat kita rugi di awal wkwk. Padahal dikira laris manis lho dan udah untung. Ternyata dibalik banyaknya pemasukan, kita juga banyak pengeluaran, salah satunya di bahan baku print-ku berupa catridge bukan tinta.


Akhirnya bisnis ini terhenti karena COVID-19. Ya dosen atau guru siapa yang mau ngasih tugas diprint selama pandemi learning from home? Tapi kita masih terima orderan di awal-awal mengejutkan COVID-19 di Malang. Setelah itu, bisnis ini terhenti total. Mungkin aku akan mengaktifkan kembali untuk jualan notebook hehe.


Nah disini, tantanganku adalah mengelola keuangan dan memilih aset yang efektif dan efisien. Lagi-lagi aku masih gagal dalam mengelola keuangan. Jadi ya aku tahu kenapa Allah memberikan pembelajaran ini.


Bersambung...

You May Also Like

0 komentar