Seruan Menjadi Lilin (Part 2)
Saya yang dari awal sebelum ospek
sudah mem-blacklist nggak ikut rohis fakultas, karena saya disuruh
guru saya ikut UAKI (rohis univ), tetapi melihat realita fakultas membuat saya
berbelok haluan buat ikut rohis fakultas dengan niat yang sedikit salah wkwk;
biar dapat kenalan kating yang setipe, terutama dari prodi Sastra Inggris.
Seiring berjalannya hari dan
menenggelamkan angka-angka dalam kalender #ah sok puitis, saya terjun di EM
dengan niat yang bener, terjun di ‘tempat keberpihakkan’ dengan niat yang
bener. Lambat laun saya memahami realita yang terjadi di kampus ini. Bisa saya
sebut sebagai kampus perjuangan, dengan segala drama dan parodinya. Di ‘tempat
keberpihakkan’ terutama saya ikut andil di november ceria, saya semakin
memahami dan nyaman dengan tempat ini. Saya bisa katakan seperti This
is my place. Sesuai niat saya dari awal masuk kampus. Saya merasakan
dakwah politik di sini, yang mana sebelumnya saya hanya cuma ngerasani itu
terus. Ahh mungkinkah Allah mentakdirkan saya di UB dengan alasan itu semua,
pikir saya. Terus (lagi) saya berdoa, kalau memang saya dibutuhkan di fakultas
saya untuk meneruskan estafet dakwah, tolong dengan cara-Mu agar saya bisa
berada di fakultas ini sampai masanya.
Sampai saya menjadi anggota rohis
fakultas di akhir bulan November. Iya, emang open recruitmen di
fakultas saya baru buka akhir Oktober. Oke sekali lagi saya dikejutkan dengan
kondisi rohis ini. Anggotanya ada, tapi sangat disayangkan peluang mencari
pahala terlewatkan. Maksudnya ya gimana ya saya ngomongnya. Sedikitlah intinya
yang aktif dan mau ngurusin lembaga dakwah di fakultas ini. Parah banget nggak sih yang daftar rohis tahun 2016 nggak sampai 10. Udah kondisi
fakultasnya kayak gitu, ditambah satu-satunya lembaga ini yang mampu
menghidupkan dakwah di FIB, eh kondisinya semacam ini. Ya Allah saya sempet
nangis waktu muktamar pas tau kondisinya seperti ini.
Mungkin kita semua yang sudah paham,
buat ayo ngencengin doa biar hati para hamba Allah tergerak untuk menghidupkan
dakwah di FIB. Lagi-lagi, awalnya saya tahun depan mau aktif di tempat lain,
bukan di rohis ini, eh setelah saya tau kondisi ini dan saya pikir bahwa yang
lebih urgent dan prioritas serta kalau bukan kita ya siapa
lagi lah ya, akhirnya saya pengen berkontribusi lebih lah di rohis ini. Dan
kalian tau, di luar dugaan dan ekspektasi saya, saya diberi amanah yang cukup
berat hemm. Posisi saya masih jadi maba cupu, yang mana seharusnya amanah itu
lebih pantes buat angkatan atas. Karena saya pengen belajar tsiqah dan berusaha
untuk ikhlas menerimanya. Ditambah, amanah tidak akan salah memilih
pundak kan?, quotes from kating. Yaudahlah (semoga) pundak-pundaknya
dikuatkan dan istiqomah selalu. Semoga amanah yang diterima bisa memuliakan
pemikulnya, dan tidak menghinakan.
Belum cukup sampai ini saya mendapat
kejutan lagi dari Allah. Pekan UAS yang nggak sabar menyambut dan liburan yang
udah ditarik-tarik sama mahasiswa akhirnya tiba. Segala aktivitas
keorganisasian banyak yang libur, tapi juga ada yang nggak libur hehe. Saya
udah mulai kumat nih khawatirnya. Haduh gimana nasib ip gua. Ok let it
flow until time answer it. Temen bilang ada nilai yang udah keluar
saya udah harap-harap cemas dan nggak mau buka SIAM wkwk. Okey saya nggak bisa
tahan, kekepoan saya lebih ganas saya bukalah SIAM. Sedikit melegakan. Satu
mata kuliah sudah muncul nilainya. Sampai saya balik kampung dan seminggu lebih
setelah itu keluarlah kabar SIAM. Dan begitu terkejut ketika saya melihat
akumulasi angka dan huruf yang nampak. Hee emang bener
nih. Sampe-sampe orang tua saya maksa saya buat jujur, lah tapi itu
memang hasilnya wkwk, mau begimana lagi.
Dari rentetan pengalaman yang saya
alami dan hadapi itu kemudian saya mikir, mungkin ini jawaban dari Allah atas
keraguan, keinginan, dan doa saya. Emang manusia boleh berencana, tapi
skenario Allah lebih baik bagi hamba-Nya. Bukankah ini yang kamu ingin kah? Berjalan menyusuri perjuangan menebar kasih sayang Allah kepada pengemban amanah bumi ini.
Mungkin saja kalau saya di UI atau
polinema atau kampus lain, saya nggak bisa menikmati makna 'perjuangan'. Saya nggak bakal mengenal makna perjuangan sesungguhnya. Saya nggak bakal tau apa sih yang
sebenarnya diperjuangkan ini. Rasanya ini benar-benar hadiah spesial dari Allah.
Ini tuh kek semacam panggilan dan seruan dari Allah buat saya dan teman-teman kembalikan menghidupkan lilin yang mulai padam di FIB. Pandangan dan pemikiran saya jadi berubah saat melihat realita yang ada di rohis ini. Daripada mengutuki kegelapan, lebih baik mulai menyalakan lilin-lilin kecil kembali. Daripada saya mengutuki fakultas saya "kok kayak gini sih?", "males ah, pengen ikut di tingkat univ aja", "duh gamau ikut yang di jurusan dan di fakultas". Ditambah saya ingat pesan terakhir dari seseorang sebelum pamit, kalau sebenarnya perubahan itu nggak akan ada kalau bukan dari kita yang mengubahnya. Kalau semua beranggapan dengan opini-opini negatif, ya kondisi itu nggak akan berubah. Lebih baik melakukan perubahan dimulai diri sendiri, perlahan tapi ada proses. Kelamaan akan ada banyak lilin yang menerangi kegelapan.
Ya ini secuil hasil perenungan saya. Ternyata bener emang dibalik pilihan ibu saya, ada hikmah yang spesial. Semoga bisa diambil yang baik-baik.
Yes akhirnya kelar juga.
0 komentar