Perihal Memecah Rekening Cinta

by - January 14, 2019

Buat teman-teman yang pernah ikut proyek saya dengan teman-teman waktu SMA pasti tidak asing sama judul ini yang berulang kali saya jadikan modus buat mempengaruhi kalian biar mau dateng ke kajian wkwkwk. Sampai temen saya yang hedon dan nggak pakai jilbab mau dateng buat kepoin apa sih Rekening Cinta haha.



Okey bahasan saya kali ini cukup berat wkwk. Saya nggak akan bahas banyak-banyak perihal cintanya tapi mau bahas ketika kita sudah mengambil tabungan cinta wkwk. Jadi kapan kita pantas mengambil tabungan cinta kita? Wkwk

Istilah ini saya dapat dari temen saya yang memberi masukan ketika kita pengen meningkatkan kuantitas yang dateng ke kajian. Teman saya ini dapat ide ternyata dari guru liqo wkwk (kalau nggak salah ingat ya). Maksud istilah ini tuh kita menyimpan kepingan-kepingan cinta #asik sebelum memecah nanti setelah waktunya wkwk, dengan modus biar temen-temen menghindari pacaran dan lebih memikirkan persiapan.

Wah apakah saya bahas topik yang berat? Tentu wkwk tapi kata guru saya membahas hal kayak gini itu nggak perlu dihindari karena perihal pernikahan itu memang hal yang krusial. Menikah adalah sesuatu yang sangat-sangat wow dalam kehidupan manusia. Wkwk lebay banget sih. Ya gimana ya... terjadi perubahan besar. Coba banyangkan, tiba-tiba ada makhluk asing yang belum begitu kenal banget, ada dalam satu rumah sama kalian dan bakal ketemu kalian setiap detik wkwk. Orang asing itu nantinya juga bakal tau aib kalian, bakal tau segala hal tentang kalian dan menghabiskan kehidupan ini bersama doi. Apalagi nih yang perempuan mengabdikan kehidupannya sama doi yang tentu lebih lama dari pada mengabdi sama orang tua. Ayo coba kita hitung. Rata-rata manusia normal Indonesia hidup sama orang tua sampai usia 18-20 tahun. Usia 20-25 tahun kita hidup sendiri. Rata-rata usia umat manusia 63 tahun. Sekarang dihitung yuk, 63-25= 38 tahun. Kalian mengahbiskan sama manusia yang awalnya bukan siapa-siapa, yang awalnya jaim, selama kurang lebih 38 tahun. Lucu ya memang hidup ini wkwk. Apanya yang lucu tapi wkwk.

Nggak apa-apa sih 38 tahun, yang penting selama itu jangan disia-siain. Kalau saya ambil pelajaran dari film di youtube ini ya, yang penting kan niatnya ibadah. Nah ini makanya pernikahan disebut-sebut sebagai penyempurnaan ibadah. Menyempurnakan separuh agama. Bayangin deh separuh agama coy. Pasti tanggung jawabnya gedhe banget. Lha wong kita yang masih hidup setengah agama aja, ibadah kita masih terseok-seok, hidup kita masih mudah mengeluh, tanggung jawab udah kita anggap besar. Ya Allah, makanya kan perlu disiapkan. Nah kalau di sekolah pra-nikah yang saya adakan saya temen-temen waktu itu ada kurikulumnya #asik. Ada 10 kurikulum mulai dari tata cara, psikologi pra-nikah, psikologi kesehatan, kesiapan mental, kesiapan materil, kontrol emosi, sampai yang nggak lupa parenting. Kadang tuh kita terlalu sibuk kaderisasi di rohis kita tapi lupa kaderisasi generasi #eak. Sayang banget sekolah pra-nikah yang saya adakan ngga bisa merealisasikan 10 kurikulum tersebut. Cuma 3-4 bulan kita bisa merealisasikan, itu pun sebulan sekali. Yaa gimana yaa semester dua saya sama temen-temen soalnya fokus ujian. Gila ya nggak nyangka saya sama temen-temen merealisasikan ide ini di semester awal kelas 12 wkwk.

ini dia ciwi ciwi seterong yang jadi panitia wkwk
Sebab rekomendasi juga dari guru saya sih, kata beliau misal usia kalian 18 tahun ya dan baru nyadar kalau pernikahan itu perlu disiapkan, terus kalau kalian punya target usia 22 tahun, artinya kalian baru mempersiapkan selama empat tahun. Padahal tanggung jawabnya besar banget brow dan kalian persiapkan cuma empat tahun aja. Itu sih kata guru saya. Cuma nggak ada kata terlambat kok buat memulai kata belajar. Tinggal niat kita sih. Saya juga lupa sebelumnya tentang ini wkwk. Tapi nggak memungkiri juga banyak pemuda yang nikah muda, ya it’s ok. Wong anak kuliah juga sudah ada. Ya semua itu tergantung antar pribadi, keluarga, dan takdir Allah wkwkwk.

Intinya sih menurut saya, hubungan terbaik tercipta karena melibatkan Allah, komunikasi, dan pemahaman antar pasangan. Perihal yang memahami itu saya belajar dari baca buku berjudul Men are from Mars, Women are from Venus. Keren pokok bukunya, cuma ya buku terjemahan hehe. Buku ini menurut saya lebih ke seni dalam memahami perempuan dan laki-laki yang cenderung memang memiliki kodrat berbeda wkwk. Kapan-kapan saya bahas ya gais di blog saya perihal buku ini hehe. Nggak janji karena saya belum kelar-kelar bacanya soalnya kata-katanya berat euy, jadinya harus bener-bener diresapi wkwk.

Saya bahas ini biar kalian juga sadar termasuk reminder saya juga biar sadar wkwk kalau semua itu perlu dipersiapkan. Saya ngomong kayak gini juga bukan berarti udah siap. Oh tentu masih jauh dari kata siap. Saya juga baru belakangan ini sadar kembali setelah beberapa bulan terlupakan perihal ini wkwk. Terus saya ingat dan dapat ide buat nulis ini setelah obrolan kemarin hmm. 

Karena sebenarnya cinta itu indah, sayang banyak yang tergesa menikmatinya hingga hambar tak berbekas keberkahannya.   



doain saya istiqomah juga ya wkwk. semoga kalian yang baca juga istiqomah gais.


You May Also Like

0 komentar