It's something like Puzzles

by - January 15, 2019


Berkali-kali saya pernah bilang ke twitter kan terkait memberi semangat teman-teman untuk siapa saja yang menempuh jalan kebaikan di mana pun berada, untuk kalian yang memilih jalan perjuangan, dan untuk kalian yang menjalani kehidupan sebagai penikmat. Semua baik dengan cara kalian masing-masing kok. Nggak perlu bersaing kebaikan lah, karena semua yang kalian lakukan selama dalam lingkaran norma kehidupan tetap baik.

Anyway, I’ve just met with my friends twelve days ago, yeay. Lama banget udahan. Setelah meet up biasa lah saya mengambil hikmah dari pembicaraan teman-teman haha. I think that every single has choice in their life. And every choice has reason why you choose them. Tiap orang memiliki pilihannya masing-masing dan alasan tertentu why you do it. Yak hal serupa telah saya lihat dari teman-teman SMA yang sudah lulus. Hidup lebih banyak warna saat kita menginjak usia dewasaa. Ketika masa dibangku-bangku pelajar hidup memang masih monoton mayoritas. Sama-sama menempuh pilihan bersekolah, pakai seragam sama, uang saku beda tipis lah antar anak, punya tujuan jangka pendek yang sama; yang SD bercita-cita msuk SMP favorit dan yang SMP bercita-cita masuk SMA favorit. Saat lulus SMA, pilihan hidup lebih berwarna. Ya tau lah ya nggak usah saya sebutin warna-warna kehidupan.


Kadang itu saya senang waktu lihat teman-teman sudah (berani) menentukan pilihan mereka dengan resiko masing-masing yang dibawa pada tiap pilihan tersebut. Oh you’re all grown up dear. Semangat kalian semua yang menempuh jalan kebaikan melalui pilihan kalian. Setiap pilihan tersebut ada alasan kuat yang membuat kalian bertahan dalam pilihan terserbut. Jangan sampai goyah.

Cuma yang membuat saya miris ini ya, ketika kita sudah saling menghargai pilihan masing-masing, masih banyak teman-teman yang mengutuki pilihan dengan pikiran-pikiran sempit. Membatasi pilihan tersebut dengan angan-angan yang kurang open minded. Contohnya masih banyak yang mengutuki pilihan jurusan dengan membatasi ruang pekerjaan nantinya. Padahal kita ini sudah hidup di era milenial loh. Revolusi industri 4.0. Jenis pekerjaan berkembang luas menembus jendela kaca rumah-rumah. Artinya pekerjaan sudah mampu dilakukan di kamar sendiri. Belum lagi yang sedang gencar-gencarnya mewujudkan 1000 start up. Dinamika profesi di kalangan generasi Z melintang luas. Pekerjaan freelance diperkirakan akan mewabah di masa depan. Masanya di mana kita membuat manfaat bagi yang lain melalui memberi peluang pekerjaan kepada yang lain, alias menjadi entrepreneur. Tapi tidak menutup kemungkinan pekerjaan lain profesi yang lain juga tetap dibutuhkan. Semua menjalankan sesuai perannya. Nggak bisa kita menyamakan diri dengan orang lain, lha wong peran kita udah berbeda. Perbedaan peran lagi-lagi diakibatkan oleh pilihan yang kita tempuh.

Jangan berpikir kalau dunia sedang mengejekmu. Berpikirlah kalau dunia tengah mengajarimu sesuatu. Setiap manusia adalah pemeran utama dalam hidupnya masing-masing.

Kalau pun kita sedang terjebak dalam pilihan tersebut, percayalah semua itu ada alurnya. Yang pasti itu alur nggak lepas dari skenario Pembuat Kehidupan. Yang penting kalian tetap menebar kebaikan sesuai peran dan pilihan kalian masing-masing. Jangan sampai sifat iri atau ‘pengen’ atau menjadikan pilihan orang lain menjadi toxic bagi kalian, yang kemudian menggoyahkan pilihan kalian alias minder. Panjang bat dah. You’re not child again, dear. Meskipun saya juga masih belajar jadi dewasa, tapi saya yakin salah satu tanda kedewasaan saat kalian berpegang sama pilihan kalian dan komitmen.



Apalagi pilihan terberat menurut saya pasca lulus sarjana. Berbagai pilihan melintang dengan resiko masing-masing. Dan kadang kita sibuk melihat teman-teman yang udah ‘di atas’ atau udah ini, itu, itoh, wkwk tapi kita lupa sebenarnya saat kita ‘di atas’, kita lupa sama teman dan lupa BERSYUKUR. #ngomongapaseh. Enak banget saya ngomong kayak gini wkwk, tapi ini uneg-uneg saya dan ini blog saya wkwk. Kalau saya denger dan menilai dari kakak-kakak kenalan saya yang baru lulus, atau yang sudah kerja terutama perempuan, mereka bilang banyak hal yang membuat perasaan kita takut atau ragu untuk menentukan sebuah pilihan. Ada yang sudah dapat kerja dengan posisi keren, beasiswa S2, bisnis sukses, ada juga yang nyaleg wkwk, jadi founder, life goal relationship, and many kinds of life wkwk. Ya namanya juga hidup. Kekhawatiran akan masa depan juga udah jadi sifat manusia kan? Ya namanya juga hidup. Kayak puzzle kan emang hidup itu. Pada akhirnya kerumitan-kerumitan juga bakal ada jalan keluarnya. Pilihan-pilihan yang masih bercecer akan menemukan sang pemilih.


#ngomongoposeh



btw, jujur deh saya bingung mau kasih judul apa wkwk



You May Also Like

0 komentar