Perempuan yang tak terdefinisikan

by - August 09, 2018


Aku punya kenalan, seorang cewek. Tak perlulah aku menyebut statusnya dengan diriku. Yang penting dia adalah kenalanku. Di luar sana banyak daftar hitam dengan serentetan kenakalan yang telah ia lakukan. Aku nggak tau pasti nakalnya seperti apa, karena denganku dia selalu baik. Tapi banyak orang yang mengatakan dia lebih dikenal kenakalannya.

Ujung-ujungnya apapun yang terjadi, aku adalah tempat terakhir dia bersandar di kala tidak ada orang yang mau mendengarkan kegalauannya. Singkatnya, dia selalu kembali ke aku waktu ada masalah. 

Sebelumnya aku tak pernah berpikir dia memanfaatkan aku. No! Bahkan bila tidak mendengar celetukan macam itu saya tak pernah berpikir bahwa saya adalah tempat pelampiasan. Pikiran saya berusaha meminimalisir pikiran-pikiran negatif semacam itu. Nggak jarang juga dia memang sering sekali buat aku kesal banget dan itupun berulang-ulang namun tidak sampai ke hati. Pernah satu kali dia berkata kasar-misuh kepadaku dan hatiku langsung jleb. Tapi entah kenapa hati ini terus ingin memaafkan dan menolongnya. Tak tega meninggalkannya dengan sejuta masalah yang terus menghadangnya. Untung saja dia wanita yang tegar. Kalau aku diposisi dia pasti aku udah keok duluan, nggak akan setegar itu. Mungkin aku juga nggak akan sesabar dia menghadapi kehidupannya yang pahit.

Pernah dia bercerita ke aku terkait pertemanannya atau sahabatlah. Suatu ketika mereka bertengkar, perempuan ini sampai nangis, dan sampai ngalah walau dicuekin sahabatnya tiap dia chat. I think that what? Baper amat, cuma perkara teman aja sampai nangis. Tapi setelah itu saya berpikir itulahh kenapa I dont have a best friend-bener-bener-sahabat-sejati-setia-selalu. Jika aku di posisinya yaudah kalau marah nanti juga balik-balik sendiri. Mungkin karena aku adalah perempuan yang feelingnya kurang dapat. Kalau temanku bilang sih, “Deva kalau ngomong pakai otak, kurang pakai perasaan”. Bener juga, aku belajar dari perempuan ini tentang bagaimana perasaan seorang cewek meskipun aku ya cewek. Aku belajar dari perempuan ini dia tetap menjaga perasaan sahabatnya, tetap perhatian, dan nggak nyerah gitu aja dalam pertemanan. Dari dulu aku memang perhatian sama temen, tapi kurang ngena perasaannya, dan lebih menggunakan otak saat berbicara sama temen. Alhasil aku mudah nyerah dalam hal pertemanan. Maksudnya, ya itu nggak penting-penting amatlah pikirku kala itu, yang penting udah beri solusi. But it’s not right gaess. Perempuan ngeluh atau curhat ke kita nggak butuh solusi. Mereka butuh wadah yang siap menampung cerita mereka. Mereka butuh orang yang mau mendengarkan. Mereka butuh perhatian kita saat mereka bercerita, bukan solusi. (Kapan-kapan saya bahas tentang perempuan ya, habis kelar baca buku “Woman from Venus & Man from Mars”).

Tapi karena perempuan ini aku jadi sadar untuk lebih menghargai teman dengan perasaan terutama sesama perempuan. Itulah kenapa aku belajar lebay, baper, dan sekarang jadi baperan wqwq. Dari perempuan ini aku bisa menggunakan perasaan dengan baik.

Kadang aku bingung sendiri sama perempuan ini, disisi lain she is very annoying, di lain sisi dia sangat baik kepada temannya. Aku pun belajar banyak hal darinya tentang perasaan, perempuan, dan pertemanan. Aku tak tau harus menyebutnya sebutan apa. Tak tau harus mendeksripsikannya seperti apa. Dia seperti tidak terdefinisikan.Kadang sangat mengesalkan dan menjengkelkan minta ampun, kadang kasihan juga, kadang ada benernya sikapnya. Hadeuh.

Kalau dipikir-pikir lagi ya itulah manusia, dengan segala kekurangan dan kelebihan. Nggak ada yang sempurna. Sebrengsek-brengseknya preman, mereka tetap ada sisi baiknya. Apalagi preman cewek, mereka juga masih punya perasaanlah. Seperti filososfi dari Cina, hidup seperti yin dan yang.

You May Also Like

0 komentar