Aku, Hati, dan Semesta

by - February 02, 2019

Apakah aku berhak untuk sakit hati? Harusnya kau sudah tau Dev, resiko mencintai adalah sakit hati, iya kan? Lalu kalo sudah sakit hati, siapa yang berhak aku salahkan? Diriku? 

Sebenarnya sakit ini terjadi atas harapan-harapan berlebih yang jauh pada realita. Sakit. Banget. Tapi aku terus membohongi diri bahwa aku 'ga papa'. Padahal ada hati yang rapuh dibalik senyumku. Ada rasa sakit di dada dibalik aku yang membuat kalian tersenyum. Ada luka yang pedih dibalik kebahagianku. Ada tangis tersembunyi yang aku sembunyikan dari wajah datar biasaku tanpa sembab air mata.. 

Oh God. Beginikah rasanya sakit hati? Sakit sekali, sesekali tak sadar air mata menghujani pipiku. Ahhh harusnya aku sudah tau hal ini akan terjadi. Kan kau sudah berkata, resiko mencinta adalah sakit hati. Menunggu itu kadang menyakitkan. Tapi menunggu bisa menjadi hal yang terbaik daripada segalanya. Katamu, jangan menikmati cinta dengan tergesa-gesa, nanti hambar rasanya. Iyaa tapi memendam itu nggak semudah bilang "oh iya" atau "oke" sambil senyum palsu. Ada 'rasa' yang ingin dihargai tapi masa belum mengizinkan. Eh tapi tunggu dulu deh, apa kau ingin meluapkan 'rasa' itu? Payah. Aku gagal dalam menahan 'rasa' dan emosi ini. 

Memendam emosi dan 'rasa' itu sangat menyiksa diri. Tidak ada ruang untuk mengekspresikan karenanya aku tak tau harus berbuat apa. Tidak ada ruang lain yang bisa mendengar ceritaku. Ahhh susah juga tak punya pendengar setia. Apa aku harus turun tangan sendiri dalam menyikapi perihal hati? 

Apa kau masih ingin menangis? Ahh jujur diri ini belum tenang. Tapi untuk apa aku menangisi sesuatu yang memang bukan hakku? Hei, kau berhak jatuh cinta sayang. Dan kau sudah tau kan konsekuensi dari pilihan itu. Iya pilihan saat hati memilih, artinya akan ada rasa sakit, luka, dan hati yang tergores pada masanya. Karena sebenarnya kau belum berhak untuk memilikinya. Tapi kau berhak untuk jatuh cinta sayang. Cinta itu fitrah. Tinggal bagaimana kau bisa memperlakukannya. 

Ahhhhh jadi aku harus bagaimana? Sakit. Perih. Ingin menangis tapi aku bertanya (lagi) untuk apa? 
Menangislah sayang, untuk mengeluarkan emosimu melalui tangisan. Jangan sok kuat lah. Kadang menangis bukan sesuatu hal cengeng kok. Menangis tanda diri ini ada batas untuk merasa kuat memendam segalanya. Semoga cuaca dalam hati segera berganti menuju iklim yang lebih baik. Percayalah, berharap pada manusia membuat duka pada hati yang terlanjur memilih. Tapi berharap pada Yang Menguasai dan Yang Mengendalikan hati akan membuat lebih indah pada masanya. Hanya saja itu sulit. Ahh tidakk, coba saja. Siapa tau bisa meringankan tangis dan lukamu. Kemudian membersihkan duka dan sakitmu. 

Jadi, selama ini kau berharap pada manusia? Ahhh manusia-manusia, sulit sekali ya mengajak berkompromi diri, hati, dan semesta. 

Lalu pertanyaanku, katanya setiap hati ingin diperjuangkan, haruskah aku tetap memperjuangkan hati ini? 





Suatu hari jika hal ini terjadi. Kadang kita harus memberikan ruang kesiapan untuk menghadapi 'sakit hati'. Tapi itu sulit. Iya memang sulit. Terlatih patah hati kalau kata lagu siapa gitu.




You May Also Like

2 komentar

  1. Menangislah jika memang perlu, Dev. Embrace all the feeling :)

    ReplyDelete