With education, you can kill terrorism

by - May 16, 2018

Sebelumnya maafkan gue yang baru ngisi blog hari ini. Karena seminggu lebih gue di malang buat ngurusin kampus. Maklum, maba, jadi sok penting ke luar kota.

Well, kali ini gue mau nulis pandangan gue tentang hot news di bulan Mei ini. Tentang teror bom. Sebelumnya gue udah ada plan nulis tema lain setelah dari Malang. Cuma setelah lihat postingan temen-temen gue banyak yang angkat bicara soal ini. So, okedeh gue juga ikutan. Padahal sebelumnya sih gue no comment.

Well, gue turut berbela sungkawa dan berduka atas kejadian yang melanda Mako Brimob Depok dan pengeboman beberapa tempat di Surabaya dan sekitarnya. Jujur gue agak bosan denger berita kayak gini. Bosannya bukan karena kejadiannya, ya ini takdir kita nggak bisa menghindar. Yang gue nggak suka adalah sebentar lagi pasti akan saling menyudutkan golongan. Maksud gue, jelas mengkambing hitamkan nama islam. Nah ini nih yang gue kesel. Karena dari dulu gue selalu bilang orang-orang di Indonesia itu masih kurang open minded. Makanya terjadi penyudutan golongan atau saling menyalahkan kelompok yang berujung pada tindakan “membenci” atau “anti-golongan X”.

Dan bener aja, setelah kejadian itu, besoknya gue lihat berita, islamphobia dan diskriminasi mulai marak lagi. Bahwa kepolisian menghimbau waspadai orang bercadar. Nah disini gue agak bingung yang salah siapa. Kalau sudut pandang gue sebagai warga negara, ya itu jelas sangat mengganggu saudara gue yang sedang menjalankan kepercayaannya menggunakan cadar. Nggak seharusnya teroris disamakan atau dikaitkan dengan cadar atau ciri-ciri lain (gue nggak mau nyebut). Teroris ya teroris. Wanita bercadar ya wanita bercadar. Katanya Indonesia mayoritas islam, ya hargai rakyatnya yang memiliki keyakinan dengan bercadar. Mereka juga saudara kita, beragama islam pula. Wajib dihargai dan dilindungi.

Nah tapi, kalau gue lihat dari sudut pandang kepolisian atau pemerintahan, mereka takut atau waspada terorisnya menyamar dengan bercadar. Melakukan kejahatan dengan bersembunyi dibalik cadar. Karena di Saudi Arabia banyak yang kayak gini. Laki-laki menyamar menjadi perempuan dengan menggunakan cadar. Makanya gue juga bingung. Jadi gue bilang dari dua sudut pandang ini.

Gue tau teroris yang melakukan pengeboman atau pembunuhan itu melakukan tindakan yang salah. Tapi gue selalu bilang kalau kita jangan asal nge-judge tanpa tau apa yang terjadi sebenarnya. Kita nggak tau gimana jalan pikiran teroris ini, mungkin mereka merupakan pesuruh-pesuruh seseorang, mungkin juga mereka memiliki pola pikir atau cara pandang jihad yang salah. Mungkin juga mereka bisa berpikir sampai melakukan hal yang kita anggap keji itu sebab pengaruh-pengaruh liar yang gila. Kenapa gue menambahkan kata “anggap”, karena pelaku berpikir itu tindakan jihad bukan keji. Yang mau gue omongin disini adalah jangan kita saling menyalahkan. Ya gue tau mereka, yang teroris lakukan dengan mengebom tempat ibadah itu salah. Salah besar.  Ya kita salahkan orangnya, pola pikirnya, dan tindakannya. Jangan agama atau golongan lain. I mean menyalahkan orang islam. Introspeksi diri aja. Balik ke pribadi masing-masing.

Maksud introspeksi diri adalah ya kita jadikan hal ini pembelajaran buat kita. Sebenarnya mereka-mereka seperti itu muncul juga tidak semuanya salah diri mereka sendiri. Justru dari sikap kita ke orang lain yang bisa mengakibatkan hal seperti itu. Misalkan seperti ini, kita tau pendidikan di Indonesia tengah berusaha untuk ditingkatkan, tapi pendidikan di Indonesia masih dikategorikan menengah ke bawah kualitasnya. Warganya masih kurang terbuka pemikirannya. Maksud gue open minded bukan liberal. Nah disisi lain banyak orang-orang dari sekitar kita yang mendapat perlakuan berbeda. Contohnya pem-bully-an, nggak punya temen. Dan orang-orang kayak gini tentunya tersiksa dengan perlakuan yang berbeda. Sedangkan kita egois ngurus hidup kita sendiri. Ikut-ikutan nge-bully. Akhirnya, orang-orang kayak gini butuh pelarian atau butuh pengakuan diri bahwa mereka ada di bumi ini. Dengan pendidikan yang masih kurang, pola pikir yang semrawut, dan lagi perlakuan lingkungan yang menyiksa ini, mereka akan melakukan hal-hal ekstrim. Bisa saja balas dendam dengan membunuh, menembak, atau melakukan hal-hal yang tak terduga. Bisa juga dimanfaatkan oleh sekelompok orang dengan dicuci otaknya. Sehingga melakukan hal-hal yang sembrono seperti pengeboman atas nama agama bahwa itu jihad, atau mereka-mereka mendapat pengakuan dari sekelompok orang ini atas apa yang dilakukannya ini. Padahal semua itu nggak bener. Dan malah merugikan orang lain.

Semuanya itu kembali ke diri kita masing-masing. So, that’s why kenapa pendidikan itu penting. Nggak hanya pendidikan akademik yang gue maksud. Tapi pendidikan moral, pendidikan agama apapun itu agama lo pasti ada ajaran bahwa pembunuhan itu merupakan kejahatan. Bahkan mungkin orang atheis atau agnostik yang bisa berpikir bener, mereka akan mengganggap bahwa membunuh itu salah, tindakan yang keji.

Berdasarkan hasil penelitian @irfanamalee di twitter yang gue kutip dari twitter-nya @arihdyacaesar, bahwa faktor yang paling menyebabkan peristiwa kayak gini terjadi adalah pola pikir pendidikan agama islam yang terlalu banyak membahas mengenai perang pada zaman Nabi daripada bahasan mengenai kasih sayang dari Nabi Muhammad Saw. Balik lagi kan masalahnya di pendidikan. Yang salah bukan shirahnya tentang perang, tapi diri kita bagaimana mem-filter pengetahuan, mengaplikasikan pengetahuan secara bijak, dan terus untuk belajar. Nggak hanya belajar pasal shirah peperangan saja, tapi juga belajar bagaimana Rasul kita bersikap dan menyikapi orang lain. Dan Rasul kita selalu memberi teladan yang baik. Menjadi orang yang lemah lembut, saling berkasih sayang, dan banyak lagi kepribadian luar biasa indahnya di dalam diri Rasul. Dan kita jangan lupa buat belajar itu juga. Bahkan tugas kita belajar sebagai orang tua dengan memberi asupan ilmu kepada anaknya secara bijak. Kembali lagi kan akarnya pendidikan lagi. Pendidikan cara mengasuh anak juga perlu.

Ilmu itu luas sekali. Dan tugas kita sebagai manusia adalah terus belajar dan menjadi orang berpendidikan. Bukan hanya belajar akademik, belajar buat kerja, tapi belajar moral, belajar menghargai, belajar bersikap dengan orang lain, belajar memahami sekitar kita, belajar peduli, belajar untuk tidak menyalahkan orang lain, belajar introspeksi diri, dan belajar-belajar yang lain. Oleh karena itu bener quotes-quotes yang bertebaran bahwa:

"With education, you can kill terrorism."



***

Gue minta maaf atas tulisan gue yang random acak-acakan ini. Ini adalah opini pribadi gue. Pandangan gue, hasil pikiran-perenungan, dan uneg-uneg gue. Gue nulis ini udah berusaha sangat berhati-hati, karena masyarakat zaman now mudah sensitif. Gue minta maaf kalau gue dan tulisan gue ini salah dan menyinggung kalian. Gue minta maaf yang sebesar-besarnya. Dan gue turut berduka cita atas apa yang menimpa kota, negara, dan bumi kita tercinta ini. 




With loves,
DEVANDA C.P.N




You May Also Like

0 komentar