Niat

by - December 17, 2017

Jadi ceritanya, beberapa minggu lalu aku diajak temen aku, namanya Ambar, buat nengok atau berkunjung ke Mbak Asma. Mbak Asma ini anak kedua guru ngaji aku. Sekarang dia lagi jadi DM (dokter muda) di RS Dr. Sutomo, Surabaya. Mbak Asma ini lulusan FK-Unair. Nah berhubung anak FK itu , eh udah DM ya…, nah berhubung dokter itu kelihatannya sibuk banget, makanya Mbak Asma jarang pulang kampung. Sekalinya pulang, kita harus ketemu buat sharing, haha. 

Nah Ambar ngajakin aku nih buat ketemu Mbak Asma, buat tanya-tanya. Gitu deh anak SMA kelas 12 pasti banyak-banyak tanya ke mahasiswa. Apalagi ini mahasiswa FK-Unair yang masuk lewat jalur SNMPTN (undangan). Tapi genre petanyaanku dengan Ambar beda, tapi nggak apa-apa, jadinya kan saling melengkapi #eaa. Genre pertanyaan Deva biasalah, you know-lah. Kalau kalian tau mana yang Deva bangettt pasti udah nebak, bhak.

Jadi aku tanya seperti biasa kok nggak aneh-aneh, tentang time, organisasi, komunitas, gitu-gitu deh pokok. Bukan karena aku kepo kehidupan orang kayak gimana, tetapi aku hanya ingin tau aja bagaiamana sudut pandang seseorang mengenai kehidupan. Sebab dengan begitu kita bisa belajar memahami berbagai karakter atau jalan pikiran seseorang. #ngomongapasih 

Nah kalau Ambar tanya tentang sekolah di kedokteran kayak gimana sih. Awalnya aku udah buat list pertanyaan setelah Ambar chat. Tapi kita tanyanya random, dan anehnya bisa nyambung dari pertanyaan satu ke pertanyaan lain. Alhamdulilah ya, jadi kesannya nggak kayak sesi wawancara, haha.

Di blog ini aku ingin ngomongin something yang udah terdengar biasa tapi kebanyakan orang-orang mengabaikannya. Padahal ini penting banget dan bisa berpengaruh di kehidupan kita. Something ini adalah sebuah misi atau katakanlah sebuah niat. Aku ngomongin topik ini gara-gara dari sharing-nya Mbak Asma. 

Jadi di awal Mbak Asma cerita tentang misi dia waktu SMA dan waktu jadi mahasiswa. Mbak Asma bilang kalau kita akan ngelakuin sesuatu itu harus ada sebuah misi, atau harus ada niat. Niatnya ditata dengan rapi. Karena Mbak Asma rada menyesal ketika dia masuk kampus, dia berasa nggak punya misi, artinya let it flow. Dan pada akhirnya, hasilnya juga let it flow. Berbeda ketika Mbak Asma masuk di SMA. Dia punya misi ingin menjadi yang terbaik dan ingin fotonya dipajang di banner sebagai pelajar yang berprestasi. And her dream came true. Jadi pesannya Mbak Asma untuk maba harus punya niat bener-bener. Mau apa ke kampus, tujuannya apa?

ini foto kitaaaaa.... (Aku, Mbak Asma, Ambar) yeayy
Nah ngomongin tentang niat, aku juga pengen bahas tentang niat dalam segi pandangan islam. Kan di islam dijelaskan bahwa segala sesuatu itu tergantung niat hamba-Nya. Allah itu emang pemurah. Kalau kita baru niat berbuat baik langsung diberi poin, kalau niat berbuat jelek nggak dicatat dulu. Nah kalau kita niat di awal kegiatan, apa aja kegiatan itu (selama positif) kita bakal dapat pahala. Awalnya kita ngelakuin kegiatan itu bakal nggak dapat pahala, malah bisa dapat pahala.

Sebuah misi atau lebih tepatnya bahasa religiusnya niat karena Allah, mampu membuat pahala kita mengalir. Seluruh hari umat muslim bisa dipenuhi pahala hanya karena niat. 

Kalau aku lihat di video kajian, disitu syekh-nya juga bercerita pengalaman dari jamaahnya setelah melakukan niat di tiap aktifitas bahwa kehidupannya benar-benar berubah. Niat adalah perdagangan dari para ulama. You can watch it in below.

https://youtu.be/XMzkakUsPjY

Pahala mereka tidak pernah berhenti mengalir karena selalu mendapat pahala. Bahkan mungkin kita tidur bisa mendapatkan pahala dengan syarat ini. Berniat tidur untuk mengistirahatkan badan yang lelah beribadah, agar esoknya tubuh kembali bugar lagi sehingga bisa melakukan ibadah lagi. Begitupula dengan makan, Ya Allah aku berniat makan agar aku kuat berdiri untuk shalat, untuk membantu orang tua.

Jadi sebenarnya aku pernah melakukan hal seperti ini secara tidak sadar. Sebelum aku menonton video itu. Aku, orangnya terbuka dan welcome dengan siapapun. Jadi dengan siapa aja it’s ok for me to be  your friend. Because aku anaknya mudah akrab dengan siapa aja termasuk stranger. But aku nggak suka memulai, haha. Mungkin ada temen-temen yang memiliki prinsip lebih baik bersama teman-teman yang mendekatkan kita kepada Allah, agar kita tidak mudah terpengaruh dengan pergaulan yang menjauhkan iman kita kepada Allah. Tapi aku selalu memiliki pikiran yang lain. I don’t know why, aku selalu berpikir, aku akan berteman dengan siapapun dan berbicara dengan siapapun tanpa melupakan identitas aku sebagai seorang muslim yang beriman. Karena mungkin saja dengan aku berteman atau berbicara dengan orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda-beda, aku bisa menyisipkan pesan dakwah kepada mereka, meskipun hanya satu kata saja. Apalagi kalau pada orang-orang yang, katakanlah saat ini masih mengalami proses kehidupan atau bahasanya masih belum diberi hidayah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Aku menaruh harapan besar bisa menyampaikan pesan dakwah di sela-sela obrolan. Dan aku selalu memiliki misi atau niat seperti itu saat berteman, enggak tau sejak kapan aku bisa berpikir seperti itu. Tetapi pada akhirnya ya.. Allah memberiku kesempatan. Aku tetap bisa menyisipkan pesan dakwah walaupun mungkin sekedar pengetahuan islam yang hanya beberapa kata. Tentang bagaimana pengaruhnya bagi kawanku ini biarlah Allah yang mengatur.

Intinya, apapun aktifitas yang akan kalian lakuin, jangan lupa pakai niat. Thanks for reading.

Bye.







Btw, ngomongin niat, niat, dan niat. Jangan salah ya, niat yang aku maksud niat yang baik, bukan niat yang jahat :p. Kalau niat yang jahat pastinya Allah udah nggak ridha. Ehe.



BY DEVANDA C.P.N

You May Also Like

0 komentar