Rindu Ramadan dalam rekayasa Manusia
Ketika seluruh umat muslim dalam keadaan gembira menyambut bulan yang spesial, bulan terbaik di antara bulan-bulan lainnya. Saat mereka berbahagia menyambut bulan kemenangan ini dengan persiapan yang matang. Sebulan sebelumnya sudah dihitung mundur oleh para akun-akun sosial media. Bahkan sejak sebelas bulan sebelumnya sudah dinanti para hamba yang taat. Hmm betapa umat muslim sangat merindukan bulan Ramadan.
Mading di kamar
dipenuhi dengan target Ramadan Tracker. Al-quran disambut dengan penuh suka dan
senantiasa menjadi teman sebab target khatam telah menjadi tujuan. Yang awalnya
tidak pernah atau jarang mendengar murottal al-quran, kini sepanjang
masjid-masjid selalu memutar murottal baik langsung dari lisan reciter atau
suara tidak langsung. Al-quran yang awalnya berdebu, kini semakin hari semakin
lecek kertasnya karena terlalu sering dibuka.
Sorenya, menjelang
berbuka. Para umat berbondong-bondong menyajikan makanan terbaik untuk mengais
rezeki. Para hamba yang telah menahan rasa haus dan laparnya meramaikan kedai
mereka dengan kedok ngabuburit. Penjual untung banyak, pembeli puas hati dengan
suasana riuh yang terkesan menggembirakan itu. Bahkan diskon di mall diobral
habis-habisan menjelang idul fitri.
Sayangnya, obral
pahala di sepuluh hari terakhir masih kalah telak dengan obral diskon di mall. Shaf
di masjid makin sepi, mall makin ramai sampai tidak ada lahan parker. Itikaf
yang seharusnya dianjurkan malah tidak digubris sebab lelah dan penat mengantri
di kasir demi barang baru di bulan syawal.
Detik-detik
menjelang syawal. Jalanan raya ramai padat dipenuhi para pemudik. Mereka dengan
gembira bersiap bertemu para sanak keluarga besar. Tak lupa oleh-oleh dan
penampilan yang super fresh new. Orang tua Bahagia melihat anak dan cucu bersua
dalam rumahnya. Anak dan cucu kaya raya sebab pesangon dari ibu bapak. Sesama
saudara tertawa terbahak karena gurauan canda yang sudah lama tak bersua. Semua
terasa sempurna saat syawal datang. Tapi Ramadan mulai pergi. Amalan yang diobral
sama Allah di bulan berkah ini sudah tamat. Kita harus menuggunya 11 bulan
lagi. Syukur syukur Allah memberi kesempatan kita bertemua Ramadan lagi.
Ya…saya rindu bulan
Ramadan yang seperti biasanya. Sebab Ramadan ini dalam pandemi, Ramadan yang
jujur, sehingga sangat jauh dari rekayasa manusia. Tapi saya rindu Ramadan yang
riuh dan ramai dengan rekayasa manusia itu. Saya rindu vibes Ramadan di luar
Pandemi.
#BPNRamadan2020#Day24
#challangenulisblog30haribyBloggerPerempuanNetwork
0 komentar